Morowali (ANTARA News) - Pengembang Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah, meminta pemerintah memberikan fasilitas dukungan berupa pembangunan infrastruktur guna lebih "menghidupkan" kawasan industri berbasis nikel tersebut.

"Kami mohon bantuan, dukungan dan fasilitas dari pemerintah baik Kementerian Industrian maupun Kementerian lainnya. Untuk tahap awal pembangunan infrastruktur dasar dibangun oleh pihak swasta, tapi tentunya setelah kawasan tersebut berkembang menjadi kota baru, maka infrastruktur seperti pelabuhan, listrik, waduk, perumahan dan rumah sakit perlu bantuan pemerintah," kata Presiden Direktur PT Sulawesi Mining Investment Halim Mina usai peresmian peletakan batu pertama kawasan industri tersebut di Morowali, Jumat.

Pembangunan tahap I yang dilakukan di kawasan industri tersebut seluas 230 hektare untuk membangun smelter berkapasitas 300.000 ton dan PLTU 2 kali 64 Mega Watt.

Untuk melanggengkan usaha di kawasan tersebut, pengembang juga meminta pemerintah memberi insentif pengurangan pajak untuk bisnis atau "tax holiday".

"Untuk itu saja kita perlu dana sekitar 637 juta Dolar Amerika Serikat atau lebih dari Rp7 triliun dan agar smelter yang telah direncanakan dapat terlaksana dan berkesinambungan maka kami minta pembangunan smelter 1 ini mendapat fasilitas tax holiday," kata Halim.

Menanggapi hal itu, Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan akan terus berupaya memeberikan dukungan dan komitmen dalam pembangunan kawasan industri dengan membangun infrastruktur.

"Kami meminta beberapa Kementerian dan Lembaga untuk memprogramkan kegiatan mendukung pengembangan kawasan industri Morowali Tsingshan ini khususnya pelabuhan, energi, perumahan dan waduk. Kami juga minta dukungan dalam pengembangan soft infrastructure seperti pembangunan akademi komunitas dan politeknik guna peningkatan kualitas sumber daya manusia pekerja di Morowali dan sekitarnya," kata Menteri Saleh Husin.

Kawasan Industri Morowali yang merupakan kerja sama dengan Tiongkok tersebut bernilai investasi total 5 milyar Dolar Amerika Serikat untuk membangun kawasan seluas 2.000 hektare.

"Untuk tahap awal, sampai akhir tahun ini saja kita sudah habis lebih dari 1 milyar Dolar Amerika Serikat untuk pembangunan pabrik smelter. Untuk tambang juga sudah habis ratusan juta," kata Halim.

Pewarta: Nurcahyani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014