Jakarta (ANTARA News) - Sebagian orang dewasa yang terinfeksi hepatitis B tak semuanya diharuskan mengonsumsi obat-obatan.

"Pada sebagian kasus pasien hepatitis B tidak diberikan pengobatan misalnya karena dia tidak ada gangguan fungsi hatinya," ujar dr. Irsan Hasan, SpPD, KGEH, dari RSCM di Jakarta, Jumat (5/12).

Lebih lanjut, Irsan mengungkapkan, mereka ini mengalami kenaikan SGPT yang merupakan indikator fungsi hati. SGPT merupakan enzim pada hati yang akan meningkat jumlahnya di dalam tubuh jika hati mengalami kerusakan baik kerusakan fungsi hati secara akut maupun kronis.

",...Jadi kalau sel hati mengalami kerusakan, SDPT nya naik. Artinya makin naik SDPT makin meradang hatinya. Makin rusak hatinya makin bagus pengobatannya," kata Irsan.

Kemudian lanjut dia, jumlah virus juga menetukan. Menurut dr. Irsan, semakin sedikit virus, semakin penderita hepatitis B tak memerlukan obat.

"Lalu jumlah virus, kan kita bagi dua, kalau eAg positif, jumlah virusnya lebih dari 10.000 kalau yang negatif 1000. Intinya virusnya harus banyak, kalau virusnya sedikit tidak diobati. Karena sudah terbukti dari penelitian, kalau virusnya sedikit, biasanya dia enggak ganggu (hati)," kata dia.

dr. Irsan mengatakan, hepatitis B dapat dicegah salah satunya dengan pemberian vaksin hepatitis B yang dilakukan sebanyak tiga kali seumur hidup.

"Vaksinnya tiga kali suntik. Sekali suntik sekitar Rp 100 ribuan. Dicek anti HBs- nya kalau sudah positif artinya dia kebal, enggak perlu," kata dia. Anti HBs adalah antibodi golongan IgG terhadap HBsAg yang timbul setelah terpapar virus hepatitis B atau setelah vaksinasi hepatitits B yang bersifat protektif.

Kemudian, mengenai obat, Irsan mengakui sekalipun telah tersedia, namun masih relatif mahal. Dia mengungkapkan untuk satu jenis obat misalnya Lamivudine, yang dikonsumsi selama satu tahun bisa menghabiskan biaya sekitar Rp 16,5 juta. Dia memperingatkan, hingga kini tidak ada obat mujarab yang menjamin pasien hepatitis B sembuh.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014