Singapura (ANTARA News) - Sejak kegembiraan berhasil lolos ke putaran final Piala Asia, Palestina telah kehilangan pelatih mereka, menghadapi pertandingan-pertandingan persahabatan yang dibatalkan, para pemain dilarang bepergian, serta terlibat dalam konflik berdarah, namun mereka tetap menolak bersikap rendah diri.

Hanya sedikit pihak yang memperkirakan mereka dapat bertahan lebih lama daripada sekedar fase grup di Australia, di mana mereka berada satu grup dengan juara bertahan Jepang, mantan juara Irak, dan sesama negara Asia Barat Yordania, namun hal itu bukan masalah bagi tim yang menduduki peringkat 113 dunia ini.

Kemenangan terbesar mereka telah tercapai -- mendapat kesempatan untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa mereka merupakan tim yang mampu bersaing dengan tim-tim papan atas di Asia meski diganggu sejumlah masalah.

"Ini merupakan kesempatan bersejarah bagi kami," kata penyerang Ashraf Nu'man kepada FIFA.com.

"Tujuan kami adalah membuat dunia tahu bawah tim nasional Palestina bergerak maju meski terdapat kesulitan-kesulitan di depan kami."

"Kami ingin menyampaikan pesan bahwa para pemain Palestina memiliki hak untuk bermain dan berkembang. Oleh karena itu, kami ingin membawa kembali senyum ke wajah rakyat kami dan membuat para penggemar kami gembira."

"(Pertandingan) pembukaan melawan Jepang (pada 12 Januari) akan menjadi pertandingan berat bagi kami di mana mereka diyakini merupakan salah satu tim terbaik di Asia. Para pemain Jepang lebih baik daripada kami."

Sikap Nu'man merupakan bagian besar dari alasan Palestina bersaing di Piala Asia untuk pertama kalinya.

Mereka bepergian ke Maladewa untuk Piala Challenge pada Mei dengan kondisi tidak dapat membawa enam pemain, karena larangan-larangan pergerakan di luar Palestina.

Dengan sebagian besar pemain yang tidak dapat dibawa itu merupakan penyerang, NuMan didorong ke depan dari posisi yang biasa ia tempati yakni gelandang dan memperlihatkan kemampuannya di pulau yang kerap dipakai untuk bulan madu tersebut, di mana ia menjadi pencetak gol terbanyak dengan koleksi empat gol.

Ketika tim itu berjuang memerangi mabuk laut dari perjalanan menggunakan kapal untuk memainkan pertandingan demi pertandingan, sesi-sesi latihan, dan bermalam di hotel-hotel, Nu'man membuktikan dirinya memiliki kekuatan untuk bertarung -- di mana ia mencetak gol semata wayang pada pertandingan final ketika mereka mengalahkan Filipina untuk mengunci spot terakhir di Australia.


Tiket emas

Tiket emas itu hanya dapat dinikmati sebentar dan mereka harus kembali menjalani masa-masa suram.

Mantan pemain internasional Ahed Zaqout, salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki Palestina, terbunuh oleh bom Israel yang menghantam apartemennya di Gaza pada Juli sepanjang konflik yang telah merenggut nyawa 2.100 warga Palestina dan lebih dari 70 warga Israel.

Pelatih Jamal Mahmoud mengundurkan diri karena "alasan-alasan pribadi" pada akhir tahun lalu, untuk kemudian posisinya diisi oleh wakilnya Ahmed Al Hassan, tidak lama sebelum kantor-kantor Asosiasi Sepak Bola Palestina diserang militer Israel pada November.

Pertandingan persahabatan melawan Iran pekan lalu dibatalkan pada menit terakhir untuk alasan-alasan yang tidak jelas, ketika Al Hassan bekerja dengan tim yang ia tahu bukan merupakan tim terbaiknya karena berbagai pembatasan dan larangan.

Meski demikian, warga Palestina tidak terpengaruh dan menyambut jendela global di Piala Asia.

"Itu merupakan hal besar karena Anda tahu, kehidupan di Palestina sangat sulit dan semua olahraga memiliki banyak masalah," kata Mahmoud.

"Untuk mengirim pesan ke seluruh dunia bahwa kami mampu melakukannya dengan sangat bagus jika kami memiliki ruang, jika perlengkapan dapat kami gunakan, (jika kami diizinkan) keluar dan kami mengirim pesan -- kami menginginkan perdamaian."
(RF/A016)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015