Jakarta (ANTARA News) - Memasuki hari ke-13 pencarian besar-besaran atas korban dan reruntuhan pesawat AirAsia QZ8501, penyelam dan tim pencari dengan bekal berbagai instrumen mendeteksi ping-- yang lazim dipancarkan dari black box pesawat terbang komersial--, di dasar laut Selat Karimata, Jumat.

Mengutip www.aviation.com, ping (bunyi pancaran sinyal sebagai penanda lokasi terkini) instrumen black box itu tampaknya berasal dari bagian ekor Airbus A-320-216 yang tenggelam itu. Adapun instrumen vital yang menangkap ping itu adalah pinger locator yang berbasis teknologi sonar.

Investagator dari KNKT, Santoso Sayogo, menyatakan, “Para penyelam harus memastikan hal itu. Disayangkan, diperkirakan itu berasal bukan dari bagian ekor pesawat terbang, karena itulah para penyelam harus mengonfirmasi posisinya.”

Black box merupakan istilah di kalangan awam bagi instrumen pencatat dan perekam data penerbangan, baik data suara dari dan menuju kokpit serta awak kabin dengan ATC (voice data recorder), dan perekam data perilaku penerbangan serta performansi piranti pesawat terbang serta keadaan sekitar (flight data recorder).

Black box umumnya diimbuhkan pada pesawat terbang komersial, yang terdiri dari beberapa bagian pokok, yaitu catu daya, kontainer pelindung yang sanggup menahan tekanan sangat kuat dari udara dan air, temperatur ekstrim tinggi dan rendah, impak luar biasa, dan lain-lain kondisi sangat ekstrim.

Yang juga pokok adalah bagian cakram perekam digital yang fungsinya persis harddisk pada komputer. Catu daya memungkinkan dia tetap memancarkan sinyal hingga waktu tertentu.

Black box --sejatinya berwarna oranye, bukan hitam-- biasanya diletakkan di bagian pesawat terbang yang paling kecil kemungkinannya untuk hancur pada impak pertama bila pesawat terbang itu kecelakaan. 

Ada beberapa produser black box dengan produk yang memenuhi standar tinggi penerbangan dunia, di antaranya Honeywell Aerospace, yang memiliki pabrik itu di Kawasan Industri Bintan, Kepulauan Riau.

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015