Bandung (ANTARA News) - Cuaca buruk menyebabkan sebuah pesawat Cassa 212-200 milik TNI AD tergelincir ketika mendarat di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Selasa pagi pukul 07.40 WIB, namun tidak menimbulkan korban jiwa maupun luka. Pesawat bernomor A 9144 yang dipiloti oleh Kapten PNB TNI AD Yudianto dan berawak lima orang itu berangkat dari Lanud Pondok Cabe menuju Bandara Husen untuk mengangkut anggota Batalyon 330 Kostrad yang hendak latihan terjun payung, kata Komandan Lapangan Udara Husein Sastranegara Kolonel PNB, Dwi Djatmiko. "Kecelakaan diduga disebabkan oleh ketinggian awan yang rendah, sehingga pandangan pilot ke landasan menjadi terganggu. Saat berhasil melihat landasan, posisi pesawat sudah di ujung landasan dan ketika pilot memaksakan mendarat terjadi over shoot," katanya. Akibat kejadian itu, lanjut dia, pesawat keluar dari landasan dan baru berhenti sekitar 100 meter dari ujung landasan sebelah timur di tengah padang rumput. Karena besarnya goncangan, ban kanan pesawat meletus, dan harus diganti sebelum ditarik dan diamankan di salah satu hangar milik PT Dirgantara Indonesia. "Pesawat itu sudah berhasil dievakuasi pada pukul 09.15 WIB dengan mengganti ban yang pecah pada bagian belakang sebelah kanan", ucapnya. Menurut dia, saat tim tengah melakukan evakuasi, sekitar pukul 08.40 WIB pesawat Air Asia dari arah Kuala Lumpur menuju Bandara Husein terpaksa ditunda landingnya (mendaratnya) karena proses evakuasi belum selesai, sehingga pesawat Air Asia itu terpaksa landing di Bandara Cengkareng. Dwi menambahkan, saat kejadian ketinggian awan berada pada titik yang rendah, di bawah 1000 kaki dan bila pada kondisi normal, ketinggian awan di sekitar Bandara Husein selalu di atas 1000 kaki. Namun, rendahnya ketinggian awan saat kejadian sebenarnya masih dimungkinkan bagi pesawat jenis Cassa, tetapi karena terlalu memaksakan mendarat ketika berada di tengah landasan, pesawat tidak bisa dihentikan di ujung landasan. Sementara itu, Kepala PT Angkasa Pura II Bandara Husen Resmiwandi mengungkapkan, tergelincirnya pesawat itu juga menyebabkan rusaknya lampu navigator di ujung runway 29 sebelah timur. Sementara sebuah pesawat Air Asia tujuan Kuala Lumpur-Bandung yang seharusnya mendarat tidak lama setelah kejadian, terpaksa didaratkan sementara di Bandara Soekarno- Hatta, Cengkareng. Keberangkatan pesawat yang sama dari Bandung ke Kuala Lumpur, siang hari, juga terpaksa ditunda, sampai perbaikan usai dilakukan. Kita masih melakukan perbaikan lampu-lampu navigator pendaratan yang rusak", katanya. Saat ini, kata dia, landasan belum bisa digunakan, hingga perbaikan selesai, dan sudah dinyatakan layak untuk dipakai mendarat dan terbang. Ia menyatakan, tergelincirnya Cassa 212-200 adalah kejadian pertama di Bandara Husen Sastranegara dan saat kejadian, landasan dalam keadaan kering dan normal, sekalipun di sekitar bandara dalam keadaan agak berkabut. Menurut dia, untuk mendarat di Bandara Husen diperlukan kewaspadaan pilot, karena lingkungan di sekitarnya sering tertutup kabut tebal yang menghalangi jarak pandang. Kehati-hatian juga perlu ditingkatkan, karena posisi geografis di sekitarnya yang bergunung-gunung. "Bandara Husein tidak dilengkapi Instrumen Landing System (ILS), sebagai pemandu bagi pilot saat hendak mendarat. Pemasangan alat ini tidak sesuai dengan kondisi di sekitar Bandara yang dikelilingi gunung, sehingga jika difungsikan tidak akan berjalan optimal", tuturnya. Di tempat terpisah, Service Officer Air Asia Rianty, mengemukakan, akibat kecelakaan kecil itu menyebabkan ratusan penumpang yang ingin berangkat dari Bandung menuju Kuala Lumpur terhambat, pasalnya pesawat yang sedang di bandara Soekarno-Hatta belum datang ke bandara Husein. Dikatakannya, jumlah penumpang yang akan mendarat ke Husein dari arah Kuala Lumpur-Bandung sebanyak 180 orang, sementara jumlah penumpang yang terhambat sebanyak 114 orang.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006