Jakarta (ANTARA News) - Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) meminta tayangan gulat bebas "Smack Down" di stasiun televisi dihentikan menyusul tewasnya Reza Ikhsan Fadillah (9) akibat perbuatan temannya yang meniru adegan tersebut. "IPNU sangat prihatin dengan adanya korban akibat tayangan yang mengajarkan kekerasan itu. Oleh karena itu, kami meminta tayangan tersebut dihentikan agar tragedi Reza tidak terulang," kata Ketua Umum PP IPNU Idy Muzayyad di Gedung PBNU, Jakarta, Selasa. Idy mengatakan, tayangan "Smack Down" membawa pengaruh negatif bagi kehidupan pelajar dan anak-anak di Indonesia yang mempunyai kecenderungan meniru apa yang mereka lihat di televisi. Jika tayangan tersebut dibiarkan menjadi tontonan anak-anak, IPNU khawatir kekerasan yang digambarkan oleh tayangan tersebut terus merasuk ke jiwa anak-anak. "Anak-anak atau pelajar itu cenderung meniru apa yang mereka lihat. Kalau yang dilihat positif dampaknya akan positif. Begitu pula sebaliknya, jika tayangannya negatif dampaknya akan negatif, seperti tayangan Smack Down itu," katanya. Parahnya, lanjut Idy, "Smack Down" tidak hanya dapat dilihat di televisi, karena saat ini banyak VCD atau DVD "Smack Down" yang tersebar di kalangan pelajar, bahkan VCD atau DVD tersebut banyak dijual di dekat sekolah-sekolah. Karena itu, IPNU berharap aparat tidak tinggal diam. IPNU juga berharap orang tua mengontrol ketat apa yang ditonton oleh anak-anak. Tayangan "Smack Down" tersebut, katanya, sama bahayanya dengan narkoba karena sama-sama meracuni generasi muda. Bukan tidak mungkin tayangan itu memacu kegemaran anak-anak untuk berkelahi. "Jangan memandang remeh dampak tayangan tersebut. Itu sama bahayanya dengan narkoba karena sama-sama meracuni generasi muda," katanya. Seperti diwartakan sebelumnya, Reza yang menjadi korban tersebut juga penggemar tayangan "Smack Down" dan suka menonton sampai larut malam. Korban lain tayangan "Smack Down" adalah Maryunani, siswa Sekolah Dasar Negeri Wates 4, Kabupaten Kulonprogo, DI Yogyakarta. Saat Maryunani bertarung melawan Dodi, teman sekelasnya, dia jatuh terpelanting di lantai ubin dengan kepala lebih dulu. Setelah korban pulang, dia merasakan kepala pening dan mau muntah. Setelah kejadian itu, beberapa orang guru yang mengetahui kondisi Maryunani langsung membawanya ke rumah sakit. Lebih lanjut Idy mengatakan, sebenarnya masih banyak tayangan televisi yang harus dihentikan karena berdampak negatif bagi anak-anak dan pelajar, antara lain tayangan sinetron remaja yang cenderung tidak mendidik.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006