Dengan tibanya dua jenazah, maka RS Bhayangkara telah menerima 53 jenazah, yakni 45 jenazah teridentifikasi dan delapan jenazah masih dilakukan rekonsiliasi."
Surabaya (ANTARA News) - Rumah Sakit Bhayangkara, Polda Jatim, kembali menerima dua jenazah kecelakaan pesawat AirAsia QZ 8501 yang diterbangkan dari Kalimantan Selatan, ke Lanud Base Ops Juanda di Surabaya.

"Dengan tibanya dua jenazah, maka RS Bhayangkara telah menerima 53 jenazah, yakni 45 jenazah teridentifikasi dan delapan jenazah masih dilakukan rekonsiliasi," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono di Surabaya, Senin.

Sementara itu, Ketua Tim DVI RS Bhayangkara Polda Jatim Kombes Polisi dr Budiyono mengatakan proses identifikasi jenazah yang masih berada di rumah sakit mengalami kesulitan disebabkan minimnya data yang dimiliki.

"Data "ante mortem" dan "post mortem" belum lengkap, sehingga proses identifikasi belum bisa dilakukan segera, misalnya info keluarga tentang data gigi yang belum lengkap," katanya.

Oleh karena itu, Tim DVI masih terus berusaha menghubungi dokter gigi dan mencari informasi tentang pemakaian gigi palsu yang ada pada sejumlah jenazah.

Untuk sampel DNA, kata Budiyono, beberapa jenazah sudah didapat, namun belum bisa membantu kelancaran identifikasi karena saat dilakukan pemeriksaan tidak muncul profil DNA yang sama, sehingga harus dilakukan identifikasi ulang.

Meski demikian, Budiyono mengaku optimistis dapat mengidentifkasi delapan jenazah yang berada di RS Bhayangkara melalui penelusuran riwayat perawatan gigi, termasuk mencari dokter yang pernah merawat atau mencari Puskesmas yang pernah menjadi rujukan korban semasa hidup.

Selain itu, Budiyono mengaku juga melakukan identifikasi melalui penelusuran barang-barang pribadi milik korban, utamanya yang ada di rumahnya.

"Yang menjadi masalah jika korbannya sekeluarga, maka petugas DVI harus bisa meyakinkan pihak-pihak yang mengaku sebagai ahli waris, sehingga kita bisa masuk kamar pribadi korban dan mendapatkan barang pribadinya guna kepentingan penyelidikan," katanya.

Pewarta: Abdul Malik Ibrahim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015