Pontianak, (ANTARA News) - Sebanyak 1.030 ekor orangutan Borneo wilayah Barat di Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) Kalimantan Barat dan areal hutan sekitarnya membutuhkan perlindungan menyusul tingginya degradasi hutan, perburuan serta perdagangan satwa liar di daerah tersebut dalam beberapa dekade terakhir. "1.030 ekor orangutan Borneo wilayah Barat yang ditemukan hidup di dalam dan sekitar TNBK, merupakan bagian dari total sekitar 4.800 ekor orangutan sejenis yang tersisa di Kalimantan," kata Albertus Tjiu, Spesies Conservation Program Officer World Wildlife Fund (WWF) - Indonesia di Pontianak, Senin (4/12). Orangutan Borneo wilayah Barat (Pongo pygmaeus pygmaeus) telah ditetapkan sebagai populasi dengan prioritas tertinggi oleh program Great Ape Survival yang diinisiasi oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) dan UNEP (United Nation Environment Programme). Tindakan khusus yang perlu dilakukan diantaranya penegakan hukum dengan kebijakan nol persen perburuan di dalam kawasan taman nasional, perluasan kawasan dilindungi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Embaloh, pemantauan sub-populasi yang hidup di bagian barat kawasan taman nasional, dan mendorong terciptanya kawasan lindung lintas batas di sepanjang wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia. Ia menambahkan, kelompok orangutan Borneo wilayah Barat hanya ditemukan di Kalimantan Barat dan Sarawak (Malaysia). "Pongo pygmaeus pygmaeus merupakan sub spesies yang paling terancam diantara tiga sub spesies orangutan yang ditemukan di Kalimantan," ujar Albertus. Pengidentifikasian penyebaran orangutan Borneo wilayah Barat tersebut merupakan hasil studi paling komprehensif yang dilakukan WWF-Indonesia dan mitra lainnya seperti Balai TNBK, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dengan melakukan survei di dalam dan sekitar TNBK termasuk di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) pada 2005. Bantuan teknis juga diberikan Kinabatangan Orangutan Conservation Project. Metode yang dilakukan berupa wawancara, analisis pemetaan, kajian habitat dan sensus transek garis. Berdasarkan survei ini pula, WWF dan mitranya merekomendasikan adanya pembangunan koridor hutan yang menghubungkan dua populasi orangutan di TNBK dan TNDS. Kedua taman nasional ini berada di jantung Borneo (Heart of Borneo), yaitu sebuah inisiatif konservasi lintas batas yang melibatkan Pemerintah Brunei Darussalam, Malaysia dan Indonesia guna mengelola secara lestari salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia di Kalimantan. Di Kalimantan, terdapat tiga sub spesies orangutan Borneo, yakni Pongo pygmaeus pygmaeus, Pongo pygmaeus wurmbii, Pongo pygmaeus morio. Dua sub spesies yang pertama ditemukan di Kalbar dan Sarawak, sedangkan satu sub spesies lainnya di Kalimantan Timur dan Sabah. Total orangutan Borneo saat ini diperkirakan sekitar 50 ribu individu. Sedangkan TNBK yang dideklarasikan sebagai taman nasional tahun 1996 dengan luas 800 ribu hektar terletak di Kabupaten Kapuas Hulu. TNDS terletak sekitar 60 kilometer selatan dari TNBK, merupakan kawasan lahan basah dan hutan rawa yang menjadi habitat populasi sejumlah sub spesies Pongo pygmaeus pygmaeus. Kebakaran hutan, pembalakan liar dan konversi lahan untuk pertanian menjadi ancaman bagi orangutan Borneo karena mengurangi kawasan hutan sebagai tempat tinggal mereka.(*)

Copyright © ANTARA 2006