Masalah gizi sebenarnya bukan hanya soal mampu dan tidak mampu (dari sisi ekonomi) tetapi pada berani mengambil keputusan
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan, Dr. Anung Sugihantono, menilai masalah kekurangan gizi yang masih menimpa sebagian anak di Indonesia bukan hanya sebatas kemampuan ekonomi keluarga yang rendah, tetapi juga menyangkut "tiga M".

"Masalah gizi sebenarnya bukan hanya soal mampu dan tidak mampu (dari sisi ekonomi) tetapi pada berani mengambil keputusan," ujar Anung dalam acara "Diseminasi Global Nutrition Report 2014" di Jakarta, Senin.

Anung mengungkapkan, kondisi ini berkaitan erat dengan tiga hal, yakni bagaimana memilih, mengolah, dan menyajikan makanan di dalam keluarga.

"Uang Rp100 ribu kalau digunakan untuk membeli rokok saja ya tidak akan cukup untuk penuhi kebutuhan makan," kata Anung.

Kemudian, lanjut dia, kesalahan dalam mengolah makanan juga bisa menjadi alasan anak mengalami kekurangan gizi.

"Cara masak sayur yang salah misalnya, sehingga zat-zat gizi yang terkandung hilang," kata dia.

Faktor lainnya adalah soal menyajikan makanan.

Anung menyoroti masih ditemukannya sejumlah keluarga yang lebih mengutamakan kebutuhan gizi anggota keluarga lain sehingga mengesampingkan kebutuhan gizi anak.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan, prevalensi kurang gizi pada balita berada pada angka yang fluktuatif, yakni 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9 persen pada 2010) dan kini meningkat lagi pada 2013 menjadi 19,6 persen.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015