Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia memperingatkan tekanan inflasi pada 2007 akan lebih besar daripada 2006, terutama dari sisi eksternal, sehingga BI akan melakukan pengawasan yang lebih seksama pada tahun itu. Gubernur BI, Burhanuddin Abdullah, di Gedung DPR/MPR Jakarta, Senin, mengatakan tekanan inflasi, antara lain surplus perdagangan yang akan turun mengingat tren penurunan harga komoditi-komoditi yang kini menyumbang devisa dalam jumlah yang besar, serta kecenderungan kenaikan suku bunga bank-bank sentral di Eropa dan Australia. "Akan ada pengetatan likuiditas karena mereka takut inflasinya meningkat. Kalau ini merupakan gejala yang makin lebar, akan ada pengaruh pada barang-barang yang kita impor," katanya. Dia menambahkan perkiraan tersebut bukan berarti sinyal kebijakan yang akan ketat lagi pada 2007. "Kita akan lihat nanti di 2007. Kalau tekanan inflasi memberikan keyakinan kepada kita bahwa bisa dipertahankan upaya untuk mendorong investasi, mendorong pertumbuhan yang lebih baik, saya kira kita tetap mempertahankan (kebijakan saat ini, red)," ujarnya. Bagi BI, kata Burhanuddin, inflasi yang diinginkan adalah yang memberikan kemungkinan untuk pertumbuhan perekonomian. "Tidak terlalu banyak maknanya kalau inflasinya rendah, tetapi banyak orang tidak bekerja, tidak punya uang. Jadi dengan inflasi yang rendah, orang harus bisa bekerja dan dapat uang," jelasnya. Burhanuddin menjelaskan inflasi pada 2006 ini yang kemungkinan akan berada sedikit di atas atau di bawah 6 persen sangat memberi keleluasaan kepada BI untuk memberikan kebijakan moneter yang lebih longgar lagi. "Dengan berbagai perhitungan, saya kira sampai hari ini asumsi inflasi 6,5 persen dengan target sendiri 6 persen plus minus 1 persen, masih cukup valid dan tetap akan berada di sana," jelasnya. Ditanya tentang kemungkinan pemberian insentif kepada perbankan untuk mendorong penyaluran kredit ke pasar, Burhanuddin menjelaskan pihaknya memang telah mempersiapkan insentif dan disinsentif ke depan. Namun dia belum menjelaskan secara detail insentif dan disinsentif apa yang diberikan kepada perbankan yang mencatat pertumbuhan kredit secara signifikan atau yang lamban. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan pada 2007 mencapai 15-18 persen atau lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan kredit perbankan tahun ini antara 12-13 persen. Bank Indonesia (BI) juga berharap tingkat LDR (Loan to Deposite Ratio) di tahun 2007 dapat didorong hingga mencapai lebih dari 70 persen. (*)

Copyright © ANTARA 2006