Jakarta (ANTARA News) - Mantan Komisioner Independent Commision Against Corruption (ICAC) Hong Kong Tony Kwok menilai Komisi Pemberantasan Korupsi perlu mengangkat kisah koruptor ke film sebagai gerakan kampanye antikorupsi.

"Di ICAC ada tim khusus yang membuat film, misalnya setiap 2 tahun sekali mereka akan bekerja sama dengan stasiun TV terkemuka dan memproduksi film bertema antikorupsi. Film itu ditayangkan di prime time selama 1 jam, ceritanya diangkat dari kasus yang kami tangani dan ditambah drama," kata Tony dalam acara diskusi "Film sebagai Bagian dari Gerakan Antikorupsi" di Pusat Perfilman Haji Usmar Islam (PPHUI) Jakarta, Rabu.

Diskusi itu merupakan rangkaian acara Festival Film Antikorupsi atau "Anti Corruption Film Festival" (ACFFest) 2015 dengan tema "Make Your Mov!e" yang diselanggarakan KPK.

Selain Tony, dalam diskusi tersebut hadir juga Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto dan sutradara Angga Dimas Sasongko.

Tony kemudian menyebutkan salah satu contoh film yang dibuat oleh ICAC yaitu mengenai seorang pemuda yang bekerja di kantor pemerintahan sebagai insinyur dan bertugas mengawasi pembangunan suatu bangunan.

Ia kemudian bergaul dengan perwakilan dari perusahaan kontruksi dan menerima sejumlah pemberian dari perusahaan tersebut mulai dari minum kopi, makan siang, makan malam di restoran mewah hingga hiburan malam.

Pemuda itu bahkan mendapatkan mobil bekas untuk menjadi hadiah pacarnya. Namun saat pembangunan bangunan itu hampir selesai dan diketahui bahwa perusahaan kontruksi itu menggunakan bahan material di bawah standar maka perwakilan perusahaan itu meminta agar kecurangan tersebut tidak dilaporkan, sebagai imbalannya pemuda itu mendapatkan uang dalam amplop.

ICAC yang menemukan gedung tersebut miring karena fondasinya goyang pun manangkap pemuda itu satu hari sebelum pernikahannya.

"Di sini ada dua pesan yaitu pertama no free lunch in this world (tidak ada makan siang gratis). Korupsi adalah proses yang halus, harus dihentikan sedini mungkin," ungkap Tony.

Selanjutnya ia juga memberikan resep untuk mengetahui apakah perbuatan tersebut dapat dikategorikan korupsi atau tidak.

"Kedua, di Hong Kong ada cara yang bagus untuk mengetahui mana yang bener dan salah, namanya sunshine test (tes di bawah sinar matahari) yaitu bila kita melakukan suatu tindakan itu di hadapan orang lain, apakah tindakan tersebut boleh dilakukan atau tidak? Apakah perbuatan itu benar atau tidak?" jelas Tony.

Pada ACFFest 2015, sejumlah kategori yang dikompetisikan antara lain film fiksi, dokumenter, video jurnalisme warga, iklan layanan masyarakat dan film animasi.

Seluruh kategori terbuka untuk pelajar dan umum yang diproduksi pada 1 Januari 2014 sampai 5 Oktober 2015.

Selain kompetisi film, ACFFest 2015 juga menggelar kompetisi ide cerita film dari kategori yang ada sehingga peserta yang terpilih akan mendapat dukungan produksi dan pendampingan proses produksi oleh praktisi perfilman sekaligus diikutsertakan sebagai peserta ACFFest. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat di www.acffest.org

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015