Kuala Lumpur (ANTARA News) - Ekonomi Malaysia tumbuh lebih baik dari yang diperkirakan di 5,8 persen pada kuartal terakhir 2014, berkat permintaan domestik yang kuat, bank sentral mengatakan Kamis, membantu negara itu ke kinerja tahunan terbaiknya dalam empat tahun terakhir.

Berita itu datang sebagai melegakan bagi pemerintah, yang baru-baru ini meluncurkan langkah-langkah untuk membantu negara pengekspor minyak itu mengatasi dampak penurunan tajam harga minyak dunia.

Pertumbuhan Oktober-Desember di ekonomi terbesar ketiga di Asia Tenggara itu lebih baik daripada 5,6 persen yang diperkirakan para analis dalam survei Bloomberg News. Tingkat tahunan sebesar 6,0 persen juga melampaui perkiraan 5,8 persen dan merupakan kinerja terbaik sejak pertumbuhan 7,4 persen pada 2010.

Bank Negara (bank sentral Malaysia) mengatakan "permintaan domestik tetap jangkar pertumbuhan di kuartal keempat", dengan para analis menunjuk ke kinerja yang kuat di sektor konstruksi, jasa dan manufaktur.

"Ekonomi Malaysia diperkirakan akan tetap berada pada jalur pertumbuhan yang stabil," kata bank sentral. "Pemulihan bertahap dalam pertumbuhan global akan memberikan dukungan kepada kinerja ekspor manufaktur, meskipun pertumbuhan ekspor secara keseluruhan akan cenderung tetap moderat di tengah harga komoditas yang lebih rendah."

Para ekonom telah memperkirakan pertumbuhan melambat tahun ini karena harga minyak dan komoditas lainnya jatuh, serta pelemahan di pasar utama luar negeri termasuk Tiongkok, Eropa dan Jepang.

"Tahun ini kami akan melihat pertumbuhan lebih lambat sekitar 5,1 persen karena lemahnya harga minyak dan komoditas. Ketidakpastian ekonomi global termasuk di negara utama di Asia juga bisa merugikan ... ekspor," ekonomi Kenanga Research Wan Suhaimi Saidi mengatakan kepada AFP.

Malaysia memangkas perkiraan pertumbuhan 2015 menjadi sekitar 4,5-5,5 persen, dari proyeksi awal hingga enam persen dalam menanggapi penurunan tajam harga minyak.

Bank Dunia juga baru-baru ini menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB 2015 untuk Malaysia menjadi 4,7 persen dari sebelumnya 4,9 persen, masih membuat iri tapi jauh dari kecepatan bersejarah untuk "macan" ekonomi Asia Tenggara.

Malaysia memperoleh 30 persen dari pendapatan negara dari ekspor energi, dan penurunan lebih dari 50 persen harga minyak dunia sejak Juni telah sangat membebani, menyeret ringgit ke kisaran terendah enam tahun terhadap dolar AS.

Dalam upaya untuk melindungi ekonomi dari jatuhnya harga minyak mentah, Perdana Menteri Najib Razak baru-baru ini meluncurkan serangkaian langkah-langkah untuk meningkatkan perdagangan, pariwisata, investasi, dan konsumsi domestik sekaligus mengurangi biaya bisnis.

Dia juga mengatakan ratusan juta dolar akan dialokasikan untuk upaya pemulihan di bagian wilayah utara yang hancur oleh banjir pada tahun lalu.
(A026/B008)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015