... kondisi jalan di TTS yang paling parah dan perlu mendapatkan perhatian serius."
Kupang (ANTARA News) - Kerusakan jalan yang mengakibatkan putusnya sarana transportasi seusai hujan lebat mengguyur wilayah di kawasan Soe-Fatumnasi, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang semula sepanjang 300 meter kini kian meluas mencapai sekira 25 kilometer.

"Putusnya ruas jalan provinsi terbentang di sepanjang Kecamatan Mollo Utara, Nunabena dan Kecamatan Fatumnasi di Desa Ajaobaki Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)," kata anggota DPRD NTT Jefry Unbanunaek, di Kupang, Sabtu.

Akibatnya, menurut dia, akses tansportasi kendaraan maupun para pejalan kaki dari dan menuju wilayah itu sangat sulit dilewati, sehingga masyarakat setempat sulit menjual hasil pertanian maupun peternakan ke Soe.

"Ruas jalan tersebut secara keseluruhan menghubungkan Soe, Kapan, Nenas, Sutual dan Netemnanu yang sangat strategis, karena akses menuju ke perbatasan tiga kabupaten, yaitu Kupang,TTS dan Timor Tengah Utara (TTU), serta berbatasan dengan Distrik Oecusse Timor Leste," ujarnya.

Menurut dia, masyarakat di wilayah itu mengaku sangat sulit menjual hasil pertanian dan peternakan ke Kupang, bahkan ke Kefamenanu hingga Atambua, karena putusnya ruas jalan.

Dia menuturkan, longsor di ruas jalan itu semula ada di dua lokasi dan sudah pernah ditangani, namun tidak maksimal. Pasalnya, menurut dia, ketika musim hujan datang, maka masalah serupa terjadi lagi.

"Parahnya kerusakan ruas jalan tersebut diakui sendiri oleh Ketua DPRD NTT. Saat berkunjung ke lokasi longsor Pak Ketua juga mengatakan, selama kunjungannya ke wilayah NTT kondisi jalan di TTS yang paling parah dan perlu mendapatkan perhatian serius," katanya mengutip penuturan Ketua DPRD NTT Anwar Pua Geno.

Dia mengusulkan, agar DPRD NTT segera bersurat ke pemerintah pusat dan DPR RI, demi percepatan pembangunan infrastruktur di wilayah NTT, khusunya di Kabupaten TTS melalui bantuan dana APBN.

Ia menilai, ruas jalan provinsi yang ada di Kabupaten TTS kurang lebih 310 kilo meter yang belum diperbaiki. Jika setiap tahun yang diperbaiki rata 2, 5 kilo meter, maka berarti 300 tahun lagi baru ruas jalan itu selesai dikerjakan.

"Dengan keterbatasan dana yang dimiliki Pemprov NTT rasanya cukup sulit untuk mewujudknannya, karena itu kami mengharapkan perhatian pemerintah pusat melalui dana APBN dapat mengintervensi pembangunan ruas jalan yang ada di sana," katanya menambahkan.

Selain itu, tim DPRD NTT yang belum lama ini melakukan kunjungan kerja juga menemukan ruas jalan raya trans Flores, khususnya jalur jalan yang menghubungkan Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, dengan kota-kota di sepanjang jalur lintas Pulau Flores, seperti Ruteng, Borong dan Bajawa sangat rawan terhadap bencana banjir dan longsor.

Apalagi, ia menyatakan, topografi wilayah tersebut berbukit dan bergunung-gunung.

Tercatat hampir setiap tahun jalur jalan utama trans Flores sepanjang lebih dari 700 km itu menjadi langganan bencana longsor. Misalnya, jalur jalan dari Desa Liang Dara hingga Nampar Macing Kabupaten Manggarai Barat Desa Golo Desat di Kecamatan Sano Nggoang Kabupaten Manggarai Barat.

Selain itu, ia menambahkan, kerawanan transportasi juga terjadi di jalur jalan wilayah Rongket di Desa Robo Kecamatan Wae Rii Kabupaten Manggarai. Wilayah Rongga Koe di Kabupaten Mangarai Timur dan jalur Ai Mere menuju Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada.

Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015