Bandung (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Hasan Wirajuda mengatakan Indonesia menyesalkan tindakan militer Fiji yang telah melakukan kudeta dengan menggulingkan Perdana Menteri Fiji, Laisenia Qarase. "Sebagai negara yang demokratis, kita menyesalkan pergantian pemerintahan Fiji dengan cara yang tidak demokratis, seperti kudeta", katanya usai pembukaan acara Lokakarya Nasional Diploma Publik di Savoy Homann, Bandung, Rabu. Namun demikian, menurut Menlu Hasan Wirajuda, bahwa hal itu merupakan masalah dalam negeri Fiji sendiri. Sebelumnya dilaporkan, Perdana menteri terguling Laisenia Qarase terbang meninggalkan ibukota negeri itu, Suva, Rabu pagi (6/12), menuju tempat asalnya gugusan pulau terpencil Lau setelah ia digulingkan oleh militer dalam suatu kudeta. Ia meninggalkan Suva setelah panglima militer Komodor Frank Vorege Bainimarama mengumumkan ia mengambil-alih kekuasaan di Fiji, sehingga negara Pasifik Selatan itu terperosok ke dalam kudeta keempat dalam hampir dua dasawarsa. Qarase terbang ke Pulau Mavan bersama istrinya Leba sekitar pukul 07:00 waktu setempat (02:00 WIB), setelah diberitahu militer untuk meninggalkan kediaman resminya dan pergi ke pulau tempat asalnya, kata Sekretaris Pribadi Qarase, Pene Nonu. Militer telah berusaha membungkam Qarase dengan menginstruksikan media setempat agar tidak menyiarkan reaksinya mengenai kudeta itu. Namun ketika berbicara kepada wartawan Selasa malam, Qarase mengatakan, "militer telah memperkosa undang-undang dasar" dan membiji jadi bahan tertawaan. Ia menyeru rakyat Fiji agar menentang pengambil-alihan kekuasaan tersebut melalui cara damai. "Apa yang telah dilakukan oleh Panglima Militer ialah ia telah memperkosa undang-undang dasar dan kami telah menjadi bahan tertawaan di dunia", kata Qarase. (*)

Copyright © ANTARA 2006