Dari segi pemberian insentif fiskal, Indonesia memang masih di bawah Thailand dan Malaysia, tapi insentif fiskal hanyalah 'dessert' (menu tambahan),"
Jakarta (ANTARA News) - Insentif fiskal bukan satu-satunya daya tarik investasi suatu negara, demikian disampaikan Dirjen Pengembangan Perwilayahan Indonesia Kementerian Perindustrian Imam Haryono.

"Dari segi pemberian insentif fiskal, Indonesia memang masih di bawah Thailand dan Malaysia, tapi insentif fiskal hanyalah 'dessert' (menu tambahan)," kata Imam Haryono di Jakarta, Jumat.

Imam mengatakan, menu utama yang bisa menjadi daya tarik investasi adalah ketersediaan sumber daya industri, infrastruktur serta pasar yang besar.

"Indonesia memiliki 40 persen pasar ASEAN. Uniknya, pertumbuhan ekonomi Indonesia 56 persen ditopang dari konsumsi masyarakatnya. Sehingga potensi pasarnya sangat besar," ujar imam.

Selain itu, tambahnya, pemerintahan Presiden Joko Widodo juga tengah gencar membangun infrastruktur di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang akan mendukung kemajuan industri.

Menurutnya, dengan dua insentif fiskal yang dimiliki Indonesia, yakni tax allowance dan tax holiday, tanah air memiliki daya tarik yang tinggi untuk investor manca negara.

"Kalau semua diagregatkan, mulai dari fasilitas fiskal, sumber daya industri dan potensi pasar, maka kita tidak kalah dengan Thailand dan Malaysia," kata Imam.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015