Markas Besar BB (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (Sekjen PBB), Kofi Annan, dalam laporan yang diterbitkan awal pekan ini melukiskan gambaran suram tentang huru-hara di Timur Tengah (Timteng), dan bersikeras "penyelesaian adil dan komprehensif" bagi Israel-Palestina adalah kunci menyelesaian konflik regional. Laporan terakhir Annan mengenai Timur Tengah sebelum mengakhiri masa jabatan akhir bulan ini, akan menjadi dasar untuk debat Timur Tengah di Dewan Keamanan PBB pada sesi yang berlangsung Selasa. "Hari ini, Timur Tengah menghadapi prospek suram, dan lebih kompleks, rentan dan berbahaya dibanding keadaan yang sudah terjadi bertahun-tahun," kata warga Ghana itu. Ia menimpali, "Berbagai konflik yang tidak terselesaikan, namun makin berhubungan di kawasan itu, memicu tumbuh dan hilangnya perasaan terasing antara orang yang berbeda keyakinan dengan konsekwensinya ke seluruh dunia." Annan menyebut kegagalan penyelesaian konflik Arab Israel yang sudah lama memburuk menjadi sumber utama keputusasaan dan instabilitas di kawasan itu. Dia mendorong adanya "pendekatan regional" untuk menyelesaikan krisis yang saling berhubungan itu serta konflik-konflik yang ada. "Saya percaya usaha untuk menstabilkan Irak, Lebanon dan di manapun terutama tergantung dari usaha yang ditujukan untuk menyerap aspirasi Israel, Palestina, Suriah dan Lebanon tentang dua negara merdeka dan aman, yaitu Israel dan Palestina, serta mengakhiri pendudukan tanah Arab baik yang ada di wilayah Palestina maupun di dataran tinggi Golan," ujarnya. Annan mengatakan, cetak biru perdamaian yang disusun oleh Uni Eropa, Amerika Serikat (AS), Russia dan PBB tetap menjadi titik referensi dari semua usaha yang menguatkan kembali seluruh kemampuan politik dalam penyelesaian Israel-Palestina. Dia minta kuartet tersebut mencari jalan untuk melembagakan konsultasi mereka bersama pasangan yang relevan di tingkat regional. "Ada kebutuhan yang mendesak tentang mekanisme perlindungan warga sipil, saya harap kemungkinan tersebut, misalnya melalui peninjau internasional, akan dieksplorasi lebih jauh, dengan dorongan kuat dari kuartet dan dewan keamanan PBB," katanya. Annan dengan jelas mengatakan dia melihat "peran aktif dan sistimatis pihak ketiga" adalah penting untuk mengkonsolidasikan gencatan senjata yang sedang berlangsung di Gaza, dan dia menganjurkan "pembicaraan terbuka dan tanpa syarat" antara pemimpin Israel dengan Palestina untuk menentukan akhir masalah seperti nasib Jerusalem dan kembalinya pengungsi Palestina. Dia juga minta Suriah "mencari kebijakan yang menunjukkan komitmen terhadap perdamaian dan stabilitas dengan para tetangga dekatnya." Ucapan Annan itu menunjuk Lebanon, di mana Pemerintah Damaskus berada hampir tiga dasawarsa di negara tersebut sebelum menarik pasukannya tahun lalu. Annan mengingatkan Israel bahwa "perdamaian komprehensif di kawasan tidak akan tercapai tanpa kembalinya dataran tinggi Golan ke Suriah." "Seiring saya mengakhiri jabatan, secara pribadi saya teramat dalam menyesali belum tercapainya perdamaian di Timur Tengah," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006