Kairo (ANTARA News) - Seorang pemimpin senior kelompok terlarang di Mesir, Ajnad Misr, tewas pada Minggu (5/4) oleh pasukan keamanan di Gubernuran Giza, kata Kementerian Dalam Negeri Mesir.

Kementerian tersebut mengatakan di dalam satu pernyataan pers bahwa Hammam Attiya, pendiri kelompok terlarang Ajnad Misr, ditembak hingga tewas selama baku-tembak dengan pasukan keamanan di satu apartemen di Kabupaten Al-Ahram di Giza.

Kementerian itu saat personel pasukan keamanan berusaha menangkap Attiya setelah mengetahui keberadaannya, ia mulai menembaki personel keamanan.

Satu senapan mesin, satu pistol, 22 bom ditemukan di apartemen Attiya, kata pernyataan tersebut, sebagaimana diberitakan Xinhua di Jakarta, Senin pagi.

Pentolan gerilyawan yang dicari itu biasa menggunakan apartemen sebagai tempat persembunyian dan jaringan operasi, kata pernyataan itu.

Polisi Mesir menyatakan Attiya bertanggung-jawab atas 26 serangan yang menewaskan sejumlah personel polisi dan militer Mesir di seluruh negeri tersebut.

Attiya adalah anggota kelompok yang diilhami oleh Al-Qaida --Ansar Bayt Al-Maqdis-- tapi ia keluar dari organisasi itu pada 2013 dan mendirikan Ajnad Misr.

Ajnad Misr, atau Tentara Mesir dalam Bahasa Arab, adalah kelompok agama yang aktif dan menyatakan serangannya hanya ditujukan kepada polisi dan militer Mesir.

Pengadilan Kairo bagi Kasus Mendesak menyatakan kelompok itu sebagai "organisasi teroris" pada Mei 2014. Kelompok tersebut juga dinyatakan sebagai "organisasi teroris" oleh Amerika Serikat.

Serangan teror telah meningkat di Mesir, terutama di Semenanjung Sinai dan Ibu Kota negeri itu, Kairo, sejak penggulingan presiden dari kubu Islam Mohamed Moursi pada Juli 2013 dan penindasan setelahnya atas pendukung Moursi sehingga menewaskan tak kurang dari 1.000 orang dan membuat ribuan orang lagi ditangkap.

Kebanyakan serangan diakui oleh kelompok Ansar Bayt Al-Maqdis, yang berpusat di Sinai, dan Ajnad Misr.

Sebagian bagian dari "perang Mesir melawan terorisme", operasi keamanan telah menewaskan dan menangkap puluhan gerilyawan fanatik di bagian utara semenanjung tersebut.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015