Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Industri Mold & Die Indonesia (IMDIA) akan membuat pusat teknologi cetakan plastik dan baja untuk industri elektronik maupun otomotif (mold & die) di dalam negeri untuk mendorong pertumbuhan industri yang menjadi pendukung berkembangnya industri elektronika, otomotif dan permesinan di Indonesia. "Tahun depan kami akan melakukan perjalanan untuk mempromosikan ide tersebut ke kalangan pengusaha di dalam negeri maupun di Jepang," kata Ketua IMDIA Heru Santoso di Jakarta, Senin (18/12). Ia mengatakan pusat teknologi mold & die di Indonesia dinilainya penting, karena pengembangan industri cetakan plastik dan baja untuk komponen otomotif maupun elektronik dan permesinan lainnya di Indonesia masih sangat lemah. Padahal, lanjut dia, industri otomotif dan elektronik di dalam negeri berkembang cukup pesat dan kini diandalkan ekspornya. Sayangnya, lanjut Heru, sampai sekarang pasokan cetakan plastik dan baja tersebut masih diimpor dari luar negeri. "Saat ini lebih dari 70 persen mold & die yang digunakan di Indonesia masih diimpor dan industri mold & die di Indonesia pun masih mengembangkan teknologi rendah yang berorientasi hanya pasar domestik," ujarnya. Ia membandingkan dengan Singapura yang industrinya tidak berkembang, namun memiliki basis industri mold & die yang kuat dengan mengembangkan teknologi tinggi dan berorientasi pasar ekspor. Heru menargetkan dengan didirikannya pusat teknologi mold & die di Indonesia, pada 2010 setidaknya kebutuhan cetakan plastik dan baja untuk industri di dalam negeri sekitar 50 persen bisa dipasok dari dalam negeri. "Pasar mold & die, di Indonesia sangat potensial, karena industri otomotif dan elektronik dikembangkan di negeri ini dengan pertumbuhan yang semakin pesat," ujarnya. Ia mengatakan pada April 2007 pihaknya akan melakukan perjalanan promosi ke Jepang untuk menghimpun pendanaan dan bantuan dari Pemerintah Jepang maupun swasta Jepang yang sudah menanamkan investasinya di Indonesia guna mendukung pembangunan Pusat Teknologi Mold & Die di Indonesia. "Kami menargetkan pada akhir 2007, Pusat Teknologi Mold & Die tersebut sudah berdiri di Indonesia yang akan diresmikan bersamaan dengan peringatan 30 tahun hubungan Indonesia-Jepang," ujar Heru. Rencananya pusat teknologi tersebut akan dibangun di atas lahan seluaS 2.400 meter persegi dan membutuhkan dana sekitar 1,022 miliar yen atau sekitar Rp90 miliar. Pada pusat teknologi tersebut rencananya akan dilakukan pembinaan dan pelatihan sumber daya manusia di industri mold & die, alih teknologi Jepang ke Indonesia, kerjasama penyerapan dan pengembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing industri di Indonesia, dan lain-lain.(*)

Copyright © ANTARA 2006