Banda Aceh (ANTARA News) - Lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional Interpiece akan melanjutkan program Aceh Monitoring Mission (AMM) untuk menumbuh-kembangkan damai di Aceh. "Pada Januari 2007 nanti Interpiece akan mulai bekerja menumbuhkembangkan perdamaian yang telah ada di Aceh," kata salah seorang konsultan Interpiece, Farid Husain di Banda Aceh, Selasa. AMM telah melakukan tugasnya selama 16 bulan setelah penandatanganan nota kesepahaman damai (MoU) Helsinki 15 Agustus 2005 dan berakhir Jumat (15/12) yang ditandai penurunan bendera. Berkaitan dengan berakhirnya masa tugas AMM dari Eropa dan negara-negara Asean di Aceh sejumlah pihak mengharapkan adanya lembaga lain yang mengganti tugas AMM di provinsi tersebut. Farid yang didampingi seorang konsultan Interpiece lainnya, Juha Kirstensen menyatakan Interpiece sebagai pengganti AMM namun tidak mempunyai mandat untuk mengambil keputusan. "Interpiece tugasnya hanya mengingatkan dan memberi masukan tidak mengambil keputusan," katanya. Dalam melakukan tugasnya, Interpiece membuat empat program yang bersifat preventif, promotif, kuratif dan rehabilitasi. Pada program preventif, Interpiece akan melihat apakah ada hal yang dapat merangsang terjadi konflik, sedangkan promotif untuk mempromosikan perdamaian Aceh, kuratif memberikan masukan kepada para pihak dan rehabilitasi. Interpiece diberi mandat oleh LSM International Piece Building Alliance yang berpusat di Jenewa langsung melalui Presiden Marti Ahtisaari untuk dibentuk di Indonesia dan menciptakan perdamaian yang telah dirasakan masyarakat Aceh. International Piece Building yang terdiri dari berbagai negara seperti Belgia, Amerika Serikat, Jepang, Netherland, Komisi Eropa dan sejumlah negara lainnya termasuk Indonesia. Lembaga yang beranggotakan sejumlah negara itu membentuk Interpiece untuk menindaklanjuti perdamaian dan telah berkoordinasi dengan pemerintah pusat maupun daerah serta pihak mantan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). "Pada 12 Februari 2004 kami sudah bertemu dengan Marthi Ahtisaari dan membicarakan tentang Aceh. Jadi program ini sudah sejak lama direncanakan. Pemerintah sendiri menyetujui begitu pula pihak GAM," katanya. Interpiece akan berada di Aceh selama tiga hingga empat tahun dengan jumlah 25 personel dari unsur LSM sehingga bersifat independen yang terdiri dari warga Aceh dan didanai negara donor. Sementara itu Juha mengatakan, meskipun dimandatkan oleh Marthi Ahtisaari yang juga merupakan ketua Crisis Management Inisiative (CMI) yang menjadi mediator penandatanganan MoU Helsinki, Interpiece berada di luar CMI. "CMI merupakan organisasi pribadi Marthi Ahtisaari namun tetap terlibat dalam proses MoU," kata Juha. Selama lebih dari 12 tahun Interpiece telah melakukan piece building (membangun perdamaian) di berbagai wilayah konflik dan untuk Indonesia merupakan program pertama di Asia.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006