Kupang (ANTARA News) - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia wilayah Nusa Tenggara Timur Fredy Ongko Saputra mengatakan isu beras plastik yang terbuat dari bahan sintetis telah meresahkan sejumlah pengusaha pangan pokok itu di Kupang.

"Isu beras plastik atau sintetis yang diduga diselundupkan ke Indonesia itu, saat ini meresahkan sejumlah pedagang karena akan berdampak terhadap daya beli masyarakat yang termakan isu tersebut, tanpa mengecek terlebih dahulu kebenaran informasi yang marak diberitakan saat ini," katanya kepada Antara, di Kupang, Jumat.

Ia mengatakan bisa saja isu yang telah fenomenal dalam beberapa hari terakhir ini dapat dibenarkan setelah dilakukan uji laboratorium terlebih dahulu oleh Balai Pengawasan Obat dan Makanan atau lembaga berkompeten lainnya.

Selama belum ada uji laboratorium atau cara lain yang dapat membuktikan bahwa ada sejenis beras yang palsu diedarkan di Indonesia termauk di Kupang, NTT itu, maka selama itu pula kabar itu tetap harus dikategorikan sebagai isu terutama konsumen yang berada di kota-kota kecil dan pedalaman perdesaan.

Ia mengaku telah menerima sejumlah aduan dan keberatan dari pengusaha jasa sembako dari sejumlah titik jual beras yang merupakan anggota APINDO NTT dan bahkan timnya telah mendatangi sejumlah agen dan pedagang bera untuk mengecek kebenaran isu beras plastik itu.

Dan hasilnya belum ada temuan ataupun indikai beras seperti diributkan aat ini. "Berdasarkan hasil pengecekan, keberadaan beras plastik tidak ada di Kupang, sehingga meminta agar para pengusaha serta agen tidak terlalu meresahkan adanya isu beras plastik yang belum masuk ke wilayah itu," katanya.

"Tidak perlu resah dan pembeli pun tidak perlu mengkhawatirkan adanya beras palsu di Kupang dan sekitarnya, sebab msih sebatas isu," katanya.

Meski demikian, katanya sebagai antisipasinya supaya para pedagang atau agen beras melakukan pengecekkan setiap beras yang masuk ke Kupang, dengan mencelupkan ke air serta membakar sebagian biji beras.

"Kalau ketika dimasukkan air beras tersebut mengambang, maka positif beras itu terbuat dari plastik, dan apabila dibakar terus terbakar layaknya plastik, perlu dicurigai darimana asal beras tersebut," katanya.

Sementara itu terpisah, Kepala Bidang Pelayanan Publik Badan Urusan Logistik (Bulog) Nusa Tenggara Timur (NTT) Alex Malelak mengatakan masyarakat di daerah itu tidak perlu merasa cemas dengan adanya beras sintetis yang diduga sudah beredar disejumlah tempat.

Selama ini Bulog NTT hanya menerima beras lokal dari Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Jawa Timur. Sementara beras yang diimpor adalah dari luar negeri yakni Vietnam. Sedangkan untuk beras sintetis itu menurut informasi berasal dari China.

"Sampai dengan saat ini belum ada masyarakat atau konsumen yang mengeluhkan beredarnya beras sintetis tersebut. Saya pikir NTT masih aman karena beras sintetis belum masuk sampai saat ini," katanya. 

Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015