Palembang (ANTARA News) - Pemerintah fokus menggenjot populasi kerbau dan sapi untuk menekan impor susu yang setiap tahun semakin meningkat hingga mencapai 75 persen kebutuhan industri pengolahan.

Kasubdit Industri Hasil Susu Kementerian Perindustrian, Jody Hidayat, di Palembang, Senin, mengatakan, produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi kebutuhan sebanyak 25 persen, dan selebihnya Indonesia harus mengimpor dari Australia, New Zeland, Amerika Serikat, dan Kanada.

"Pembenahan harus dimulai dari sektor hulu, yakni memperbanyak populasi sapi dan kerbau, setelah banyak maka produksi susunya juga akan banyak. Jika ini tidak dimulai maka bisa jadi pada tahun mendatang, semua kebutuhan industri pengolahan susu harus diimpor," kata Hidayat.

Untuk itu, pemerintah fokus menggarap tujuh lokasi pengembangan kerbau di Indonesia, salah satunya di Sumatera Selatan.

"Dari pengembangan lokasi peternakan ini diharapkan impor Indonesia bisa turun pada masa mendatang dengan persentase sekira 15 persen per tahun," kata dia. 

"Sementara ini, sektor hulu hanya mampu menyediakan sekira 650.000 ton dari kebutuhan 2,28 juta ton per tahun," kata dia.

Lantaran keterbatasan dalam penyediaan bahan baku ini membuat investasi pengolahan susu relatif kurang diminati oleh penanam modal dalam negeri.

"Umumnya, yang bermain di industri pengolahan itu perusahaan besar yang sudah memiliki kontrak kerja sama dengan luar negeri terkait jaminan penyediaan barang baku, sementara pengusaha setempat tidak memiliki daya jejajah sejauh itu," kata dia.

Sehingga, ia melanjutkan, industri pengolahan susu hanya berkembang di tingkat menengah dan kecil untuk di dalam negeri.

"Industri kecil hanya membutuhkan sekitar dua hingga tiga liter per hari, mengapa mereka tidak bisa meningkatkan produksinya karena belum ada jaminan bahan baku," kata dia.

Menurutnya, hal ini juga yang melatari mengapa produk turunan susu relatif tidak banyak di Indonesia.

"Seharusnya, bermunculan beragam jenis minuman dari susu, tapi yang ditemukan kebanyakan adalah susu segar. Sementara untuk yogurt, keju, dan lainnya hanya sedikit sekali. Bahkan, di Sumsel hanya dibuat sejenis permen yakni gula puan karena lebih fokus pada dagingnya, bukan pada susunya," kata dia.

Pemerintah melaksanakan beragam program di sektor peternakan untuk meningkatkan konsumsi masyarakat dan menurunkan ekspor susu dan daging.

Terkait dengan konsumsi susu, Indonesia tercatat hanya 12 liter per kapita per tahun, atau jauh di bawah Malaysia (50,9 liter per kapita per tahun), India (47,1 liter per kapita per tahun), Singapura (44,5 liter per kapita per tahun), Thailand (33,7 liter per kapita per tahun) dan Filipina (13,7 liter per kapita per tahun).

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015