Jakarta (ANTARA News) - Presiden FIFA Sepp Blatter telah mundur dari jabatannya, Selasa waktu setempat atau Rabu dini hari WIB lalu, dan dia berjanji segera menyerahkan posisinya begitu penggantinya terpilih.

Kini pertanyaan berpusat pada siapakah yang akan dan pantas menggantikan Blatter yang sudah memimpin FIFA sejak 17 tahun silam itu.

Berikut adalah beberapa nama yang disebutkan harian New York Times, surat kabar dunia yang pertama dan paling gencar memberitakan kasus korupsi terakhir FIFA.

SANG PENANTANG
Pangeran Ali bin al-Hussein


Pangeran Ali kalah suara 73-133 pada pemungutan suara tahap pertama, namun kemudian menyatakan kalah dari Sepp Blatter. Pangeran Ali punya agenda reformasi yang ditentang mayoritas anggota FIFA. Kepada CNN dia menyatakan diri sebagai pilihan bagi mereka yang ingin merormasi FIFA, termasuk mereka yang takut melakukannya.
Tantangan terbesarnya datang dari sesama negara Teluk, khususnya jika Teluk khawatir Qatar digagalkan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Sheikh Salman bin Ibrahim al-Khalifa dari Bahrain, Ketua AFC dan Wakil Presiden FIFA, adalah kuncinya. Jika dia mendukung pesaing Pangeran Ali, Sheikh Ahmad al-Fahad al-Sabah dari Kuwait yang menjadi anggota Komite Eksekutif FIFA, maka tamatlah Pangeran Ali.

ORANG DALAM
Michel Platini


Platini tadinya adalah sekutu Blatter, namun kemudian berubah menjadi pengkritiknya yang paling vokal. Platini sejak lama menolak menjadi Presiden FIFA, alih-alih dia berkompetisi menjadi bos UEFA. Kini dia bisa mengisi posisi itu tanpa tantangan Blatter. Dia jelas akan didukung Eropa. Nama mantan pemain dunia ini diperkirakan mengemuka pada pertemuan UEFA menjelang final Liga Champions Sabtu nanti.

SANG KRITIKUS
David Gill

Mantan bos Manchester United ini hanya sebentar duduk dalam Komite Eksekutif FIFA. Gill sudah berjanji mundur jika Blatter terpilih kembali. Dia mungkin bisa maju, namun asalnya yang dari Inggris akan menjadi faktor penghalangnya. Bersama AS, Inggris adalah sangat tidak populer bagi mayoritas anggota FIFA.

SI AMERIKA
Sunil Gulati


Lebih baik FIFA memberikan jabatan puncak itu kepada Jaksa Agung Loretta Lynch ketimbang Gulati karena untuk waktu dekat ini tak akan ada orang Amerika yang bisa masuk kepresidenan FIFA. Anti Amerika melanda dunia olah raga, tak terkecuali sepak bola. Banyak negara, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin menganggap AS terlalu jauh mencampuri urusan FIFA karena memperkarakan para pejabat FIFA.

SANG PEMAIN
Luis Figo


Bintang sepak bola Portugal ini sempat berusaha menantang Blatter namun mundur bulan lalu dengan mengalihkan dukungan kepada Pangeran Ali. Dia sempat syok menyaksikan permainan politik di FIFA, namun menurut New York Times siapa pun yang pernah bermain bersama Real Madrid atau Barcelona akan mampu berdapatasi dengan intrik.

SI PERINTIS
Lydia Nsekera


Perempuan usia 48 tahun ini adalah wanita pertama yang terpilih sebagai anggota Komite Eksekutif FIFA pada 2013. Dia telah menjadi anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC) sejak 2009. Sebagai wanita kulit hitam sekaligus orang Afrika (dia presiden federasi sepak bola  Burundi dari 2004 sampai 2013), Nsekera mewakili dua konstituen menarik yang pantas mengikuti kontestasi. Kandidat perempuan lain yang pantas dilirik adalah Moya Dodd, pengacara Australia yang juga mantan pesepakbola yang berpengalaman sebagai anggota Komite Eksekutif FIFA.

ORANG LUAR
Bisa siapa saja

Siapa pun bisa menjadi bos FIFA, namun saat itu badan sepak bola dunia ini membutuhkan karakter-karakter kuat yang berani bersih-bersih dan merestrukturisasi. Menurut New York Times, orang yang berkecimpulang lama dalam sepak bola akan lebih cocok dengan karakter-karakter seperti itu.



Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015