Jenewa (ANTARA News) - Angka kasus pesawat terbang jatuh di seluruh dunia, turun ke posisi terendah dalam 43 tahun pada 2006, demikian juga jumlah korban meninggal turun 11 persen dari tahun sebelumnya, kata kantor pencatat pesawat terbang yang jatuh (Aircraft Crashes Record Office-ACRO), Selasa (2/1). Lembaga yang berbasis di Jenewa itu mencatat 156 kecelakaan dalam 12 bulan terakhir, lebih sedikit daripada 2005 dan terendah sejak 1963. Jumlah korban turu menjadi 1.292, kata lembaga tersebut dalam sebuah pernyataannya. Lalu-lintas udara mencapai puncaknyanya (booming) pada 2006, dengan sebuah "kenaikan besar dalam jumlah penumpang dan perjalanan pesawat", kata direktur ACRO Ronan Hubert. Pada 2006 jumlah penumpang udara mencapai 4 miliar, dibandingkan 1,5 miliar pada 2001. Amerika Utara mencatat kecelakaan udara terbesar dengan 32 persen dari total kecelakaan udara di dunia, diikuti Afrika 18 persen, Asia 17 persen, Amerika Selatan 12 persen, Eropa 11 persen, Amerika Tengah 8 persen dan Oseania 2 persen. Di Amerika Serikat terdapat 45 kecelakaan, merupakan negara dengan kecelakaan udara terbesar, diikuti 11 kecelakaan di Republik Demokratik Kongo, 6 kecelakaan masing-masing di Venezuela dan Sudan, dan 5 kecelakaan masing-masing di Kanada, Rusia dan Kolumbia. Empat kecelakaan menyebabkan masing-masing lebih dari 100 orang meninggal dunia. Kecelakaan mematikan di Eropa pada jatuhnya pesawat Tupolev-154 yang dioperasikan oleh Pulkovo Aviation di Ukraina pada 22 Agustus mengakibatkan 170 orang tewas. Ini merupakan korban mati kecelakaan pesawat udara jatuh terbesar di dunia sejak 2002. Manufaktur pesawat terbang Airbus kehilangan dua pesawatnya pada 2006 sementara saingannya Boeing kehilangan lima pesawat, kata ACRO. Antonov kehilangan 16 pesawat, BAe 5, Beechcraft 7, Canadair 2, Casa 4, Cessna 28, Convair 2, Dassault 2, De Havilland Canada 13, Douglas 3, Fokker 3, Learjet 4, Ilyushin 1, Let 4, Lockheed 6, McDonnell Douglas 1, Mitsubishi 3, Piper 7, PZL-Mielec 6, Rockwell 7 dan Tupolev 3, kata lembaga tersebut, demikian AFP.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007