Singapura (ANTARA News) - Harga minyak dunia naik tipis di Asia pada Selasa karena dolar AS melemah, tetapi kenaikannya dibatasi oleh kekhawatiran berkurangnya permintaan Tiongkok dan keputusan OPEC untuk mempertahankan tingkat produksi saat ini, kata analis.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik 29 sen menjadi

58,43 dolar AS per barel, sementara minyak mentah Brent untuk Juli naik 25 sen menjadi 62,94 dolar AS per barel dalam perdagangan sore.

Dolar AS turun tipis menjadi 124,44 yen di perdagangan Asia dari 124,47 yen di New York, turun jauh dari 125,56 yen yang dilihat pada Jumat lalu.

Greenback yang lebih lemah membuat minyak yang dihargakan dalam dolar AS lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lemah, mendorong permintaan dan mendorong harga global lebih tinggi.

Namun, United Overseas Bank Singapura mengatakan harga tertekan oleh "penurunan permintaan Tiongkok dan kekhawatiran bahwa keputusan OPEC untuk memproduksi tanpa menahan diri bisa memperpanjang kelebihan pasokan saat ini".

Tiongkok merilis data pada Selasa yang menunjukkan inflasi melemah pada Mei, gagal memenuhi harapan dan menyalakan kembali kekhawatiran negara itu bisa menjadi berada di ujung sebuah spiral deflasi.

Angka-angka datang sehari setelah para pejabat mengatakan impor bulan lalu jatuh sementara ekspor juga turun, indikator terbaru yang menunjukkan berlanjutnya pelambatan di konsumen energi utama dunia.

Daniel Ang, analis investasi pada Phillip Futures di Singapura, mengatakan para investor selanjutnya akan meneliti lebih banyak data Tiongkok yang akan dirilis pekan ini. Data tentang penjualan ritel tahunan dan produksi industri akan dirilis pada Kamis.

Investor mencerna dampak pada harga setelah 12 negara

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Jumat menentang desakan untuk memangkas produksi meskipun terjadi penurunan besar dalam harga minyak mentah sejak tahun lalu, kata para analis.

Sebaliknya, mereka mempertahankan target kolektif mereka pada 30 juta barel per hari -- yang telah berdiri selama lebih dari tiga setengah tahun.

(Uu.SYS/B/A026/C/A011) 09-06-2015 15:05:15

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015