PBB, New York (ANTARA News) - Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan banyak keluarga telah meninggalkan daerah yang terpengaruh pertempuran di Ibu Kota Yaman, Sanaa, karena rumah mereka hancur dan kekhawatiran mengenai berlanjutnya serangan udara.

Juru bicara PBB mengatakan di Markas Besar PBB, New York, jumlah orang yang kehilangan tempat tinggal belum diabsahkan.

"Selama satu pekan belakangan, dua kapal yang membawa pasokan untuk mendukung operasi kemanusiaan tiba di Pelabuhan Hudaydah, termasuk membawa 7.000 ton meter pasokan makanan dan lebih dari 450 ton meter pasokan bantuan lain," kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric.

Selain itu, 43.000 ton meter bahan bakar dikirim melalui kapal komersial ke pelabuhan itu serta Salif, katanya.

"Organisasi kemanusiaan melaporkan antrian kapal di Pelabuhan Hudaydah makin panjang akibat penundaan lama karena kurangnya tenaga manusia, bahan bakar dan telekomunikasi yang memadai," kata Dujarric, sebagaimana dikutip Xinhua.

"Saat ini ada sedikitnya enam kapal yang menunggu di laut untuk merapat dan membongkar muatan, dan penundaan lama menimbulkan resiko hilangnya barang di kapal bantuan itu."

"Pembagian selanjutnya dari pelabuhan masih menjadi tantangan karena suasana tidak aman dan terbatasnya gerakan," katanya.

"Satu mitra kemanusiaan melaporkan kondisi tidak aman dan pertempuran menunda pelaksanaan program pembagian uang kontan buat 400 keluarga di Gubernuran Hajjah."

Pembicaraan perdamaian yang diperantarai PBB dijadwalkan berlangsung di Jenewa, Swiss, pada 14 Juni dengan tujuan mengakhiri berpekan-pekan konflik, yang telah menewaskan lebih dari 2.000 orang.

Krisis kemanusiaan di Yaman telah digambarkan sebagai "bencana" oleh PBB, dan 20 juta warga sipil --80 persen warga Yaman-- memerlukan bantuan.

Pada Mei, PBB menyatakan sebanyak 1.850 orang telah tewas dan lebih dari 500.000 orang kehilangan tempat tinggal akibat konflik yang berkecamuk di Yaman sejak akhir Maret.

Hingga 15 Mei, 1.849 orang telah tewas dan 7.394 orang telah cedera, kata badan kemanusiaan PBB tersebut --yang mengutip jumlah dari instalasi kesehatan Yaman.

PBB telah berulangkali menekankan banyak orang yang cedera dan tewas tidak melalui instalasi kesehatan. Itu berarti jumlah korban jiwa sesungguhnya mungkin lebih banyak lagi.

Pernyataan itu dikeluarkan saat banyak saksi mata melaporkan serangan udara pimpinan Arab Saudi menghantam gerilyawan Yaman dan sekutu mereka di Sanaa, dalam serangan pertama terhadap ibu kota Yaman, yang dikuasai gerilyawan, sejak berakhirnya jeda kemanusiaan lima-hari pada Ahad.

Koalisi pimpinan Arab Saudi telah melancarkan serangan udara terhadap gerilyawan sejak penghujung Maret dalam upaya memulihkan kekuasaan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang kini hidup di pengasingan di Riyadh, Arab Saudi.

(Uu.C003)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015