Jakarta (ANTARA News) - Lembaga kajian ekonomi INDEF  mengharapkan Badan Layanan umum (BLU) CPO Fund mampu mewujudkan pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN).

"Pengembangan BBN untuk mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil dan beralih kepada penggunaan bahan bakar nabati. Untuk itu, keberadaan BLU akan menjadi penting," kata Direktur INDEF Enny Sri Hartati dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis.

Meski demikian, ia mengingatkan pemerintah pentingnya "good corporate governance" dalam pengelolaan BLU tersebut seperti transparansi berapa besar penggunaan dana untuk pengembangan biodiesel, penampungangan pengunaan dana hasil pungutan nantinya seperti apa karena itu semua menjadi titik krusial.

"Harus ada Governance dalam pengelolaan dana di BLU tersebut sehingga tidak ada penyimpangan dalam penggunaannya. Mekanisme penggunaan dana dan pengembangan BBN menjadi sangat penting didalam BLU tersebut. Meski ini tidaklah mudah," ujar Enny.

Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi, Rida Mulyana mengatakan ketergantungan energi kepada negara lain sangat berbahaya karena itu perlu diupayakan untuk memaksimalkan potensi sumber -sumber energi alternatif menggantikan energi fosil.

Sumber energi alternatif yang cukup banyak dimiliki Indonesia antara lain sawit. Pasokan kelapa sawit Indoensia saat ini sangat melimpah sehingga tidak perlu menambah luas lahan sudah mencukupi kebutuhan.

"Memaksimalkan penggunaan energi terbarukan dengan memperhatikan tingkat keekonomian dan meminimalkan penggunaan minyak bumi merupakan prioritas kebijakan pengembangan energi," kata Rida Mulyana.

Trend produksi CPO yang masih akan terus meningkat, produksi minyak sawit tahun 2011 adalah 22,5 jt ton dan saat ini pasokan bahan baku melimpah, karena Indonesia surplus produksi 70% yang selama ini menjadi andalan ekspor nasional. Walaupun Indonesia market leader (17%), posisi Indonesia di pasar international relatif lemah, sehingga perlu penguatan pasar domestik, agar Indonesia tidak "terlalu" tergantung kepada pasar ekspor, khsusnya lewat biodisel.

Pemerintah telah mencanangkan mandatori BBN sebesar 15 persen tahun ini dan 20 persen untuk tahun 2016 mendatang. Pencampuran 10% tidak mengganggu kinerja mesin dan pencampuran 20% sudah dilakukan test dengan hasil  tidak ada permasalahan signifikan.

"Pencampuran ini manfaatnya segudang antara lain, mengurangi ketergantungan kita terhadap impor solar yang makin tinggi dan akan terus semakin tinggi, campur dengan sawit karena pasokan kita melimpah, tanpa menambah lahan sawit karena masih melimpah," kata Rida.

Teknologi biodiesel akan terus berkembang, dengan teknologi yang lebih maju biodesel bisa digunakan tanpa pencampuran (100% biodiesel). Industri mobil bisa melakukan penyesuaian teknologi, di Brazil semua mobil baru menggunakan teknologi FFV (Fuel Flexible Vehicle).

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015