Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Jumat pagi, kembali menembus batas psikologis Rp9.000 per dolar AS menjadi Rp9.000/9.005. Dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya pada Rp8.980/9.000, rupiah melemah sebesar lima poin. Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara 1906, Yusuf, di Jakarta, mengatakan koreksi terhadap rupiah berlanjut karena ada kekhawatiran pelaku asing atas rencana Bank sentral AS (The Fed) yang akan menaikkan suku bunganya. Rencana kenaikan suku bunga The Fed didorong tingkat inflasi AS yang cenderung meningkat. "Namun demikian pertumbuhan ekonomi AS masih akan cukup baik dan tidak seburuk yang diduga sebelumnya, karena beberapa indikator membaik, seperti indeks Manufaktur AS," katanya. Tertahannya pelemahan rupiah yang relatif kecil itu, menurut dia, karena dukungan yen yang membaik terhadap dolar AS, setelah ada isu bahwa bank sentral Jepang pada awal tahun ini akan menaikkan suku bunganya dari 0,25 persen menjadi 0,5 persen. Selain itu, dukungan dari merosotnya harga minyak mentah yang turun menjadi 55,35 dolar AS per barel atau turun sekitat 9 persen dari sebelumnya, katanya. Yen menguat terhadap dolar AS sebesar 0,4 persen menjadi 118,45, euro jadi 154,90 dari sebelumnya 155,75 atau turun 0,5 persen. Yusuf mengatakan penurunan rupiah itu dinilai wajar, setelah menguat pada pekan lalu hingga berada jauh di bawah level Rp9.000 per dolar AS. "Meski rupiah terkoreksi, posisinya mata uang lokal itu masih cukup stabil bagi pertumbuhan ekonomi. Juga rupiah berpeluang untuk naik lagi, apalagi faktor fundamental ekonomi semakin baik, dengan meningkatnya ekspor yang diperkirakan akan bisa mencapai 100 miliar dolar AS," katanya. Oleh karena itu, katanya, koreksi harga yang terjadi terhadap rupiah diperkirakan tidak akan berlangsung lama, karena situasi pasar di dalam negeri berjalan dengan baik, tidak ada gejolak yang membuat tekanan besar terhadap mata uang lokal itu, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007