Kabul (ANTARA News) - Afghanistan telah melarang sebuah film Bollywood tentang wartawan di negara yang dikoyak perang itu, sehubungan beberapa adegan film itu dianggap menyerang salah satu minoritas etnis, seorang pejabat pemerintah menyatakan Sabtu. "Kabul Express", yang menuturkan kisah perjalanan tiga wartawan selama 48 jam di Afghanistan pasca-tergulingnya Taliban, melukiskan suku itu sebagai yang paling berbahaya di Afghanistan. Film tersebut mendapat reaksi beragam di India pada bulan lalu. "Film ini mengandung beberapa kalimat yang sangat ofensif terhadap etnis Aghanistan, yakni Hazara," kata Najib Manalai, seorang penasehat Kementerian Kebudayaan Afghanistan, seperti dilaporkan Reuters. "Untuk alasan inilah, film tersebut dilarang" Jumlah warga suku Hazara diperkirakan mencapai sekitar 10 persen populasi Afghanistan. Monoritas Muslim Syi`ah itu diperkirakan keturunan dari sisa pasukan Genghis Khan yang pernah menyerbu Afghanistan dan seringkali mengalami penyiksaan. Syuting "Kabul Express" dilakukan di sebuah lokasi selama 45 hari di bawah penjagaan ketat pemerintah Afghanistan. Film ini diilhami dari serangkaian perjalanan sang sutradara, Kabir Khan, ke negara itu setelah jatuhnya rejim Taliban pada 2001. Beberapa kritikus India mengecam film ini sebagai film dokumenter politik yang kacau, sebaliknya sejumlah orang lainnya menyambut baik film itu, dengan alasan "Kabul Express" memberikan wawasan kepada para penonton mengenai masyarakat Afghanistan pasca-Taliban. Melukai perasaan/kebanggaan Para warga Afghanistan yang terlibat dalam film ini, termasuk aktor yang mengucapkan kalimat-kalimat yang dianggap menyerang, akan diminta keterangannya oleh seorang jaksa, kata Manalai. Produsernya di India telah menyampaikan permohonan maaf, katanya. "Sekalipun film ini fiktif semata, beberapa kalimatnya melukai perasaan orang. Film ini mempermainkan parasaan dan kebanggaan orang," katanya. Pihak berwenang di ibukota Afghanistan telah menyita beberapa kopi film tersebut, kata para distributor film. (*)

Copyright © ANTARA 2007