Sidoarjo (ANTARA News)- Semburan baru yang diduga sebagai semburan gas di sekitar luapan lumpur panas dari proyek PT Lapindo Brantas Inc. terus bermunculan, dan sejak Minggu (7/1) kembali terlihat di persawahan Desa Pajarakan, Kecamatan Jabon, Kaputaen Sidoarjo, Jawa Timur. Ketua Tim Monitoring dan Analisis Gas Berbahaya Fergaco Indonesia, Sutrisno, di lokasi semburan, Senin, menyatakan bahwa semburan itu tergolong biasa, karena tidak disertai asap sebagaimana semburan lumpur utama yang berada di Desa Renokenongo. Selain itu, ia mengemukakan, air yang keluar dari dalam tanah juga tak terasa asin, bahkan bau gas yang sebelumnya sempat diisukan keluar dari dalam semburan juga tidak ada. "Ini semburan biasa, selain tidak ada gas, airnya juga tawar tidak asin seperti semburan utama," ungkapnya. Semburan tersebut ditemukan di areal persawahan Desa Pejarakan, Kecamatan Jabon, yang berada di tepi jalan desa di sekitar saluran pelimpah lumpur (spillway), dan berjarak sekira 1,5 kilometer (km) arah Selatan dari pusat semburan lumpur proyek PT Lapindo Brantas Inc. Sutrisno menyatakan, semburan yang keluar mirip dengan sumber air sumur yang biasanya keluar dari dalam tanah. Meski tidak berbahaya, namun pihak Fergaco memasang garis polisi beserta rambu-rambu peringatan untuk menghalau warga mendekati lokasi kejadian. "Untuk sementara, kami belum menemukan gas berbahaya seperti H2S, hanya saja semburan ini harus tetap diwaspadai," katanya. Meski dinyatakan tidak berbahaya, namun warga sekitar semburan baru tersebut tetap panik, apalagi semburan itu berada tak jauh dari pemukiman warga. Warga pun hingga Senin siang masih terlihat berbondong-bondong mendekati lokasi semburan untuk melihatnya, bahkan mencoba merasakan keasinan air dengan cara menjilatnya. "Kami takut kalau semburan ini terus keluar, dan bisa-bisa rumah kami akan terancam," kata Muslimin, warga Desa Pejarakan yang rumahnya berada tak jauh dari lokasi semburan. Ia berharap, pihak Lapindo segera mengambil langkah antisipasi, agar semburan itu tidak semakin meluas. Jika tidak bisa dihentikan, warga meminta, agar segera dibuatkan kanal untuk mengalirkan air dari dalam tanah menuju saluran pelimpah yang tak jauh dari lokasi semburan. Juru bicara Tim Nasioanal Penanggulangan Semburan Lumpur di Sidoarjo (PSLS), Rudi Novrianto, saat dimintai keterangan mengemukakan, beberapa semburan baru sering terjadi di sekitar semburan utama di Desa Renokeongo, yakni telah ada di Desa Siring, Desa Pajarakan dan Desa Mindi. Namun demikian, kata dia, semua itu bersifat kecil serta tidak berbahaya dan hingga kini masih terus dalam tahap pemantauan dari Timnas PSLS. "Timnas juga telah membuat tanda peringatan di sekitar lokasi, seperti larangan untuk mendekat di sekitar lokasi dan larangan untuk merokok di sekitarnya," ujarnya. Ia menilai, semburan yang baru muncul itu intensitasnya tidak besar, dan gas metana itu akan hilang dengan sendirinya, karena terbawa angin. "Jika semburan itu nanti membesar, maka kami akan menangani secara teknis," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007