Ambon (ANTARA Newes) - Komandan Komando Pasukan Katak Armada RI Kawasan Timur, Letnan Kolonel Faisal, menyatakan hasil citra sonar KRI Fatahillah yang diduga sebagai logam berukuran mendekati pesawat Adam Air yang hilang harus diidentifikasi secara seksama, sebelum dipastikan itu benar bagian pesawat terbang yang dimaksud. Memasuki hari kedelapan pencarian pesawat komersial Adam Air yang hilang di sekitar Makassar, sensor sonar KRI Fatahillah menangkap pantulan citra barang metal yang diduga sebagai reruntuhan pesawat itu di perairan Mamuju, Sulawesi Barat. "Belum bisa dikatakan 100 persen bahwa itu adalah pesawat yang kita cari selama ini, sehubungan identifikasinya masih dua dimensi. Akan lebih baik kalau hasilnya tiga dimensi, sekalipun tidak mungkin mengevakuasi benda metal itu ke permukaan lagi," katanya kepada ANTARA yang menghubunginya dari Ambon, awal pekan ini. Ia menyatakan, hasil pencitraan sonar KRI Fatahillah itu menemukan tiga potongan besar benda-bnda metal di dasar laut yang berada pada sebaran wilayah tidak terlalu luas. Jarak antara benda satu dan lainnya, katanya, tidak lebih dari 300 meter. Faisal yang memimpin operasi pencarian dari unit Kopaska TNI-AL, mengemukakan reruntuhan benda metal berukuran besar itu berlokasi persis di perairan Teluk Mamuju pada kedalaman 1.600 meter. Lokasi berada sekitar dua mil laut dari Tanjung Raas, tempat beradanya mercu suar dan sarana navigasi udara karena itu menjadi salah satu "check point". Menurut dia, sebaran reruntuhan metal itu berada dalam radius sekitar satu mil persegi. "Itu hasil pantauan terakhir. Karena arus di bawah itu bisa berubah-ubah dan mengubah posisi apa saja di dalam air itu. Lagi pula, kalau benar itu pesawat yang dimaksud, saat menghunjam air dan tenggelam, tidak mungkin jatuh dalam posisi tegak lurus," katanya. Ia menyatakan pada kedalaman itu, tidak mungkin dilakukan penyelaman konvensional mengandalkan semata-mata kemampuan manusia belaka, karena batas maksimal penyelaman manusia adalah 45 meter dalam keadaan normal. "Sonar KRI Fatahillah yang dipimpin sejawat saya, Letnan Kolonel Maman Firman, bukan sonar 'omni frequency', sehingga citra yang dihasilkan tidak bisa menjadi tiga dimensi. Sebetulnya kita punya kapal dengan fasilitas canggih itu, yaitu kapal riset Baruna Jaya yang dulu dioperasikan Dinas Hidrografi dan Oseanografi TNI-AL. Sayang kapal itu tidak dilibatkan dalam operasi ini, padahal awaknya sangat mumpuni," katanya. Jika hasil identifikasi memakai sonar "omni frequency" itu menunjukkan bahwa itu pesawat yang dimaksud, maka langkah selanjutnya adalah terus-menerus mengamati lokasi itu. Pemerintah Indonesia, setelah beberapa hari lalu memutuskan melakukan langkah pencarian dalam agenda waktu tidak terbatas, telah menyetujui pelibatan kapal hidrografi milik Amerika Serikat, USNS Mary Sears (TAGS 65), yang akan segera didatangkan dalam waktu dekat. Mirip dengan Baruna Jaya, kapal survei itu juga memiliki alat pencitraan dan identifikasi obyek pada laut dalam dan akan melakukan pemetaan menyeluruh pada area yang diduga menjadi lokasi jatuhnya pesawat terbang Adam Air itu. Akan tetapi, rute persis pelayaran kapal yang dilibatkan dalam operasi SAR ini belum bisa dikonfirmasi, karena pihak Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta tidak bersedia memberikan keterangan apapun. (*)

Copyright © ANTARA 2007