Paris (ANTARA News) - Para penyelidik yang meneliti puing sayap pesawat memulai menempatkan bagian logam yang tipis di bawah mikroskop canggih untuk melihat tanda-tanda halus pada struktur kristal logam ini mengenai bagaimana logam itu rusak oleh tumbukan, kata Hans Weber, presiden TECOP International Inc., sebuah perusahaan konsultan teknologi dirgantara.

Para penyelidik mungkin kemudian membersihkan logam itu dan melakukan pemeriksaan fisik secara penuh dengan menggunakan analisis ultrasonik sebelum membukanya guna melihat apakah ada kerusakan internal, kata Weber.

"Langkah itu mungkin memerlukan waktu lama. Sebulan atau berbulan-bulan," sambung dia.

John Goglia, mantan anggota Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB), berkata kepada Reuters ada banyak hal yang bisa ditarik pelajaran dari pemeriksaan metal itu dan bagaimana braket yang menyangga flaperon patah.

"Dari situ mereka bisa menyimpulkan arah dan prilaku pesawat ketika menabrak (laut)," kata dia.

Pakar-pakae lainnya masih khawatir bahwa penyebab bencana itu mungkin masih di luar jangkauan para penyelidik sampai puing-puing lainnya atau kotak hitam ditemukan.

Greg Waldron, redaktur pelaksana jurnal penerbangan Flightglobal, lama waktu dan kurangnya puing yang ditemukan akan membuat langkah itu menjadi lebih sulit.

"Kunci utama dalam mengungkapkan apa persisnya yang terjadi pada MH370 adalah menemukan medan bangkai pesawat di laut sebelah barat Australia...Puing-puing seperti flaperon hanya bisa menambah pemahaman kita mengenai detik-detik terakhir dari penerbangan itu," kata dia.

Para pejabat Malaysia, Amerika Serikat, Australia, Tiongkok, Inggris, Singapura dan Boeing bergandengan tangan dalam penyelidikan di fasilitas pengujian aeronatika di kota Toulouse.

MH370 hilang 8 Maret tahun lalu selagi menerbangi rute Kuala Lumpur - Beijing. Pesawat ini diyakini jatuh tenggelam di Samudera Hindia selatan, sekitar 3.700 km arah timur Pulau La Reunion.

Para penyelidik meyakini seseorang sengaja mematikan transponder pesawat untuk membelokkan arah terbang pesawat dan kemudian sengaja menabrakkannya ke samudera di lepas pantai Australia.

Zona pencarian yang awalnya seluas 60.000 km persegi telah ditambah dengan 60.000 km persegi lainnya.

"Fakta bahwa puing (yang ditemukan di La Reunion) sangat mirip dengan puing MH370 seperti memastikan pesawat itu memang jatuh di Samudera Hindia, sepertinya sangat konsisten dengan pola pencarian yang telah gunakan selama beberapa bulan terakhir," kata Perdana Menteri Australia Tony Abbott seperti dikutip Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015