Jambi (ANTARA News) - Status Gunung Kerinci di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi masih waspada Level II sejak ditetapkan Desember 2014 lalu.

"Statusnya belum berubah, hingga kini statusnya masih waspada level II," kata ketua Pos Pengamatan Gunung Api Kerinci, Indra, ketika dihubungi dari Jambi, Jumat.

Gunung berapi tertinggi di Indonesia itu katanya masih banyak mengeluarkan asap belerang hingga 800 meter, untuk itu pihaknya melarang pendaki dan warga mendekat diradius 3 kilometer dari bibir kawah.

"Dari pantauan kami dalam sehari terjadi 1 sampai 11 kali gempa vulkanologi ringan," katanya.

Sementara itu, Koordinator Aksi Bersih-bersih Gunung Kerinci, Abdul, mengatakan, dalam menyambut hari ulang tahun (Hut) Republik Indonesia, pihaknya akan melakukan aksi membersihkan sampah di jalur pendakian.

"Kami akan aksi bersih-bersih di jalur pendakian dan sudah ada sekitar 30 relawan yang mendaftar, kita juga masih membuka pendaftaran bagi relawan yang mau ikut aksi kami," kata Abdul.

Dikatakan Abdul, kegiatan tersebut akan dilakukan pada tanggal 14 agustus 2015 dengan metting poin di Resort 10 pos pendakian dan akan dimulai dari pintu rimba Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

"Dengan kegiatan itu kami berharap agar pemerintah dan komunitas-komunitas lainnya tergugah kesadarannya menjaga kebersihan di gunung Kerinci," katanya.

Dia mengatakan, dijalur pendakian dan pos peristirahatan serta shelter kondisinya saat ini banyak ditumpuki sampah, mulai dari sampah plastik dan sampah kaleng gas yang dihasilkan dari para pendaki yang tidak bertanggungjawab.

"Selama ini banyak pendaki pemula yang tidak mempunyai etika dalam pendakian dan selalu meninggalkan sampah," katanya menjelaskan.

Dia menambahkan, dengan status gunung yang masih dalam waspada level II itu, pihaknya akan melihat situasi dan tidak akan memaksakan untuk menaklukan gunung api yang mempunyai ketinggian 3805 meter dari permukaan laut (Mdpl) itu.

"Kami terlebih dahulu akan melihat kondisi, kalau memang tidak memungkinkan untuk atack summit kami tidak memaksakan," tambahnya.

Pewarta: Dodi Saputra
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015