Madiun (ANTARA News) - Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mencatat volume air waduk yang ada di wilayah itu menyusut rata-rata hingga 70 persen dari daya tampungnya saat musim kemarau tahun ini.

"Semua waduk di Kabupaten Madiun saat ini fungsinya tinggal tersisa 30 persen. Atau, telah terjadi penyusutan air sekitar 70 persen," ujar Kepala Dinas PU Pengairan Kabupaten Madiun RM Hekso Setyo Raharjo kepada wartawan di Madiun, Jumat.

Menurut dia, terdapat lima waduk yang mengalami penyusutan signifikan. Yakni, Waduk Dawuhan di Desa Plumpungrejo, Kecamatan Wonoasri, dengan daya tampung normal mencapai 5,3 juta kubik; Waduk Notopuro di Kecamatan Pilangkenceng dengan daya tampung sebesar 507.000 meter kubik; Waduk Saradan di Kecamatan Saradan; Waduk Kedungbrubus di Kecamatan Pilangkenceng dengan daya tampung sekitar 2 juta kubik; dan Widas di Kecamatan Saradan.

"Untuk Widas, kami tidak begitu memantau karena sesuai aturan, fungsi pengairannya adalah untuk wilayah Kabupaten Nganjuk. Hanya saja, secara geografis bendungan tersebut berada di Kabupaten Madiun. Namun, secara keseluruhan volume airnya juga menyusut tajam," kata dia.

Ia menjelaskan, penyusutan volume air tersebut, tidak hanya disebabkan karena memasuki musim kemarau, namun juga disebabkan karena pendangkalan dasar waduk. Akibat pendangkalan, fungsi waduk di Madiun menyusut antara 10 hingga 20 persen. Hal itu tentu berdampak pada fungsi waduk dalam irigasi.

"Pendangkalan di sejumlah waduk yang ada sudah sangat parah. Karena itu, tahun ini Pemkab madiun dibantu dana APBN akan melakukan pengerukan," katanya.

Adapun, dana yang dikucurkan pemerintah pusat untuk upaya pengerukan tersebut mencapai Rp3,5 miliar. Pengerukan akan dilakukan secara bertahap untuk seluruh waduk denga melibatkan petugas dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo.

Sesuai data, pengerukan terakhir dilakukan pada tahun 2010 lalu, dan untuk tahap awal, waduk yang akan dikeruk antara lain, Waduk Dawuhan dan Waduk Notopuro.

Ia berharap, dengan pengerukan akan dapat menambah debit air di waduk saat musim hujan, sehingga dapat dipakai saat musim kemarau berlangsung.

Guna mengantisipasi kekurangan air irigasi selama musim kemarau tahun ini, Dinas PU Pengairan akan lebih memperketat pembagian air irigasi ke sawah petani.

"Petani juga diimbau menerapkan pola tanam padi, padi, palawija. Sehingga kalau bisa pada MK II ini menanam palawija yang tidak banyak memerlukan air," katanya.

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015