Jakarta (ANTARA News) - Panggung nasional pada Agustus 2015 ini dimeriahkan oleh tiga muktamar Ormas Islam, yakni Muktamar Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Mathla'ul Anwar. Ketiga Ormas berskala nasional itu melaksanakan muktamar dalam waktu yang hampir bersamaan.

Muktamar NU ke-33 dilaksanakan tanggal 1-5 Agustus 2015 di Jombang, Jawa Timur, Muktamar Muhammadiyah ke-47 tanggal 3-7 Agustus 2015 di Makassar, Sulawesi Selatan, dan Muktamar Mathla'ul Anwar ke-19 diselenggarakan tanggal 7-9 Agustus 2015 di di Pandeglang, Banten.

Seperti Muktamar NU dan Muhammadiyah, Muktamar Mathla'ul Anwar sekaligus perayaan 100 tahun (seabad) hari jadinya itu juga dibuka oleh Presiden Joko Widodo. Acara itu dihadiri sekitar 50 ribu warga Ormas Islam tersebut yang datang dari berbagai provinsi di Tanah Air.

Kehadiran Presiden pada pembukaan Muktamar ke-19 dan Peringatan Satu Abad Mathla'ul Anwar merupakan kegembiraan dan kebanggaan tersendiri, karena baru pertama kalinya Kepala Negara hadir pada acara besar yang digelar Mathla'ul Anwar.

Sebagaimana halnya Ormas Muhammadiyah dan NU, Mathla'ul Anwar yang juga banyak berkiprah di bidang pendidikan, dakwah, dan sosial secara luas itu didirikan jauh sebelum Indonesia merdeka.

Mahtlauul Anwar itu sendiri artinya tempat terbitnya cahaya, dimaksudkan sebagai upaya pembebasan umat dari kebodohan dan keterbelakangan melalui pendidikan dan dakwah sebagai usaha perjuangan organisasi.

Ormas tersebut sidirikan pada 10 Ramadhan 1334 Hijriah atau 10 Juli 1916 oleh KH E Mohammad Yasin, KH Tb Mohammad Sholeh, dan KH Mas Abdurrahman serta dibantu oleh sejumlah ulama dan tokoh masyarakat di daerah Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Mathla'ul Anwar didirikan berselang empat tahun setelah berdirinya Muhammadiyah serta sepuluh tahun lebih awal dibanding NU. Muhammadiyah dirikan pada 18 Nopember 1912 di Kauman Yogyakarta oleh KH Ahmad Dahlan dan NU pada 31 Januari 1926 di Surabaya Jawa Timur oleh KH Hasyim Asy'ari.

Dilihat dari sisi kalender Islam (Hijriyah), Ormas Islam tersebut sampai saat ini sudah berusia lebih dari satu abad (1334-1435 H), sedangkan menurut kalender Masehi belum mencapai seratus tahun (1916-2014).

Ormas Islam yang berbasis di Pandeglang Banten itu kini sudah memiliki perwakilan di 30 provinsi. Kehadiran perwakilan di beberapa provinsi lainnya akan terus diusahakan seperti di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Gorontalo, dan di seluruh Papua.

Mathla'ul Anwar selama ini mengembangkan bidang pendidikan dari tingkat dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Adapun perguruan tinggi yang dikelolanya adalah Universitas Mathla'ul Anwar (UNMA). Kampus UNMA terletak di bagian barat Kota Pandeglang, tepatnya daerah Cikaliung, Pandeglang, Banten.

UNMA yang didirikan tahun 2001 sebagai manifestasi dari misi organisasi Pengurus Besar Mathla'ul Anwar di bidang pendidikan itu saat ini menjadi universitas swasta bergengsi yang memiliki program studi dan fakultas terlengkap di Provinsi Banten.

Kini UNMA yang memiliki komitmen menyediakan pendidikan bermutu dengan biaya terjangkau itu mengelola 10 fakultas dan 21 program studi bidang eksakta dan sosial yang telah memiliki legalitas dengan mahasiswa aktif sebanyak lebih dari enam ribu orang dan alumni sekitar lima belas ribu orang.

Selain itu, Mathla'ul Anwar sudah membuka pendidikan Program Sarjana Strata 2 (S2) Magister Hukum di Serang, Banten. Terkait kerjasama luar negeri, Ormas Islam itu juga sudah melakukan kerjasama di bidang pendidikan dengan lembaga pendidikan di Singapura, Malaysia, dan Turki melalui pengembangan Mathlaul Anwar Global School (MAGS).


Terus Berbenah

Mathla'ul Anwar kini terus berbenah dan melakukan langkah-langkah perbaikan dalam upaya penguatan jati diri dan peningkatan kualitas lembaga-lembaga pendidikan yang tengah dikelolanya.

Beberapa kekurangan yang masih dihadapi Ormas Islam tersebut di antaranya keanggotaan yang belum tertata dengan baik, komunikasi yang belum efektif antara pengurus pusat dan wilayah, dan belum optimalnya fungsi kehumasan (kurangnya publikasi).

Maka, muktamar ke-19 yang berlangsung di Pandeglang itu merekomendasikan beberapa hal, antara lain perlunya memperkuat kepemimpinan, manajemen, dan komunikasi di semua level kepengurusan Mathla'ul Anwar.

Mathla'ul Anwar juga menegaskan kembali komitmennya untuk memajukan bidang pendidikan, dakwah, dan sosial sebagai sebuah gerakan strategis yang memberi andil bagi peningkatan kualitas kehidupan umat Islam khususnya, dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Selain itu, Mathla'ul Anwar harus mulai memperhatikan pemberdayaan ekonomi umat, khususnya melalui pengembangan gerakan koperasi yang merupakan salah satu pilar ekonomi Indonesia, sehingga keberadaan Mathlaul Anwar akan makin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Muktamar juga merekomendasikan agar Pengurus Besar Mathla'ul Anwar mengusulkan pemberian penghargaan Pahlawan Nasional bagi pendiri Mathla'ul Anwar Syeh KH Mas Abdurrahman dan ulama besar Banten yang karya-karya intelektualnya diakui secara internasional, yakni Syech Nawawi Al Bantani.

Sampai sejauh ini sudah banyak kemajuan yang dicapai Mathla'ul Anwar, khususnya di bidang pendidikan, namun Ormas tersebut belum dikenal luas karena belum banyaknya kader yang berkiprah pada level nasional serta masih kurangnya publikasi.

Ke depan para kader dan tokoh Mathlaul Anwar yang menduduki posisi penting, khususnya yang berada di jajaran legislatif (DPD dan DPR) dituntut supaya lebih proaktif dalam menyikapi isu-isu nasional, khususnya yang terkait dengan bidang pendidikan, dakwah, dan sosial.

Selain itu, para pelajar dan mahasiswa yang berada di lingkungan lembaga-lembaga pendidikan yang dikelolanya harus makin dipacu supaya memiliki prestasi akademis yang dapat dibanggakan, terlebih akselerasi (percepatan) kemajuan di bidang pendidikan harus tetap menjadi tujuan utama organisasi.

Jika diliha secara historis, keberadaan Mathla'ul Anwar itu sendiri merupakan sebuah respons positif para ulama atas kondisi obyektif umat Islam khususnya dan masyarakat di Indonesia pada umumnya dalam mensinergikan kekuatan dan kapasitas umat melalui bidang pendidikan, dakwah, dan sosial.

Pada muktamar ke-19 yang berakhuir 9 Agustus 2015 itu KH Ahmad Sadeli Karim dan KH Irsjad Djuwaili terpilih kembali, masing-masing sebagai Ketua Umum dan Ketua Majlis Amanah Mathla'ul Anwar.


Komitmen

Muktamar Ormas Islam yang diselenggarakan di gedung Badan Diklat Provinsi Banten di Pandeglang itu ditutup oleh Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia, Dr Irman Gusman.

Dalam sambutannya, Irman mengungkapkan bahwa Mathla'ul Anwar sudah sejajar dengan NU dan Muhammadiyah, bahkan mampu menampilkan sebuah pembukaan muktamar yang luar biasa serta tidak kalah dengan pelaksanaan muktamar di Jombang atau di Makassar.

Pada kesempatan tersebut ia secara khusus menegaskan bahwa ke depan para calon pemimpin daerah di Provinsi Banten harus dilihat bagaimana komitmennya terhadap Ormas Islam yang didirikan di Kota Menes Pandeglang itu.

Selama ini, menurut dia, Mathla'ul Anwar telah banyak berjasa dalam turut mencerdaskan bangsa melalui bidang pendidikan, dakwah, dan sosial, tidak hanya di Provinsi Banten, melainkan juga di luar daerah itu, bahkan di seluruh provinsi di Tanah Air.

Ia juga menyatakan, karena Ketua Umum Pengurus Besar Mathlaul Anwar KH Ahmad Sadeli Karim adalah anggota DPD RI, maka Ormas Islam ini juga merupakan keluarga besar DPD. Oleh karena itu pihaknya berkomitmen membantu "membesarkan" Ormas Islam yang merupakan warisan para ulama Banten tersebut.

Ketua DPD RI asal pemilihan Provinsi Sumatera Barat itu juga mengharapkan agar ke depan Mathlaul Anwar tidak hanya fokus pada bidang pendidikan, dakwah, dan sosial, melainkan juga memberikan perhatian yang besar terhadap pemberdayaan ekonomi umat sesuai rekomendasi muktamar.

Muktamar XIX yang sekaligus Milad ke-100 Mathlaul Anwar harus dijadikan momentum untuk memajukan umat, sehingga Ormas Islam ini dapat terus berkibar secara nasional serta memberikan banyak manfaat bagi masyarakat secara luas, demikian Irman Gusman.

Oleh Aat Surya Safaat
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015