Jakarta (ANTARA News) - Matahari sedang terik-teriknya, ratusan warga berdesakan di areal luar pagar Istana Merdeka di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta pada Senin.

Penjagaan aparat kepolisian ada di mana-mana. Mereka melarang warga terlalu dekat dengan tribun undangan peserta upacara di Istana.

Sebagian besar orang yang berdesakan di bawah panasnya matahari itu adalah warga yang ingin menghabiskan waktu libur 17-an sambil berpiknik di Monas. Namun karena Monas belum dibuka, mereka mengikuti upacara terlebih dahulu.

Meski berdiri berjejalan, mereka tampak ikut hormat saat pengibaran bendera, dan juga khidmat mengheningkan cipta. Saat Presiden Joko Widodo membacakan pidato kenegaraan, beberapa warga terlihat mengabadikannya melalui kamera ponsel mereka dari layar raksasa yang disediakan.

"Sudah jadi kebiasaan keluarga saya kalau 17-an ikut upacara ke sini," kata Yati (55) warga Cakung, Jakarta, Timur, di Jakarta, Senin.

Yati datang berdua dengan suaminya Sagia (65) yang dulunya bekerja sebagai sopir. Sambil menunggu upacara mulai, Yati menggelar jarik batik miliknya di atas rumput di jalur hijau dekat Istana. Mereka berteduh di bawah pohon sambil menyesap kopi buatan dari rumah yang dibawanya sebagai bekal.

Usai menerima telepon dari anak laki-lakinya yang bekerja di PLN di Kalimantan dan mengucapkan selamat hari merdeka, Sagia mengisahkan, dulu pada tahun 70-an, warga diperbolehkan masuk areal Istana usai upacara.

"Jaman Pak Harto, kita boleh masuk ke halaman. Foto-foto di rumput. Memang dibatasi sih, tapi kami senang boleh masuk. Sekarang dijaga ketat," kata Sagia yang datang menggunakan KRL gratis dari Cakung.

Warga lain, Sukiman (82), asal Mampang Prapatan juga berkisah saat jaman Soekarno masyarakat bisa turut upacara tanpa ada batasan.

"Saya sedih lihat cara warga dipinggirkan begini," kata Sukiman yang pernah bertempur bela negara memberantas berbagai pemberontakan mulai dari RMS hingga PRRI.

Warga berharap, ke depan, masyarakat difasilitasi untuk ikut serta merayakan upacara bendera 17 Agustus.

"Katanya merdeka, tapi cuma bisa melihat Presiden dari tv besar," kata Sukiman yang hadir dengan mengenakan kaos gambar Soekarno dan caping bertempelkan isi pidato Jas Merah Soekarno.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015