Kuala Lumpur (ANTARA News) - Pejabat Maritim Malysia pada Sabtu (5/9) melaporkan bahwa pihaknya telah menemukan sebanyak 61 jenazah korban tenggelamnya perahu kayu yang membawa puluhan imigran gelap Indonesia.

Sebagian besar korban tewas adalah laki-laki, dan seorang balita di papan, kata Direktur SAR Lembaga Maritim Malaysia Robert Teh. Dia menyebutkan, hanya 20 orang yang diyakini telah selamat.

"Jika tidak ada jenazah lagi ditemukan hari ini, kita dapat menghentikan operasi pencarian dan penyelamatan besok," kata Teh.

Perahu yang mengangkut para WNI imigran gelap tersebut tenggelam di daerah Sabak Berenam, negara bagian Selangor, yaitu 10 mil dari pantai Malaysia. Perahu yang tenggelam itu adalah jenis kapal kayu dengan ukuran panjang sekitar 15 meter dengan lebar tiga meter.

Perahu itu diduga terbalik dan tenggelam akibat kelebihan muatan dan cuaca buruk ketika para imigran tersebut sedang dalam perjalanan pulang ke Indonesia untuk liburan Idul Adha.

Kecelakaan perahu tersebut dilaporkan oleh nelayan Malaysia pada Jumat pagi (4/9) pukul 10.30 waktu setempat.

Berdasarkan laporan yang diterima KBRI di Kuala Lumpur, kapal itu diduga tenggelam akibat jumlah penumpang yang melebihi kapasitas kapal.

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri RI Lalu Muhammad Iqbal juga mengatakan bahwa penyebab kecelakaan kapal itu sementara ini diindikasikan akibat kelebihan muatan.

"Menurut nelayan Malaysia muatan kapal saat itu 100 orang penumpang padahal kapasitas kapal maksimal 70 orang," kata Iqbal.

Kapal yang tenggelam di lepas pantai barat Malaysia dekat Selat Malaka tersebut dilaporkan mengangkut para imigran gelap asal Indonesia.

Terkait hal itu, Iqbal mengatakan Pemerintah Indonesia dan Malaysia akan bekerjasama mencari cara untuk mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang.

"Kami berkomitmen untuk melakukan diskusi bilateral dengan Pemmerintah Malaysia untuk memastikan insiden seperti ini tidak terjadi lagi di masa depan," kata dia.
(Y012)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015