Jakarta (ANTARA News) - jajaran Partai Solidaritas Indonesia (PSI) bertekad meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

"Sudah beberapa kali pemilu digelar, baik di tingkat nasional maupun pemilihan kepala-kepala daerah, partai politik menjadi kendaraan utama untuk meraih kekuasaan. Penguasa silih berganti, namun belum memperlihatkan yang  lebih baik?" kata Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie di Jakarta, Minggu.

Dalam keterangan persnya, Grace menjelaskan, PSI ingin hadir dalam warna yang berbeda. PSI ingin menjadi penyuara aspirasi publik, tidak sekadar untuk jalan menuju kekuasaan, seperti yang dilakukan kebanyakan partai selama ini. "Atas landasan itu, PSI berinisiatif menggelar kopi darat (kopdar) dengan relawan yang tersebar di wilayah Jakarta dan sekitarnya," ujarnya.

Ratusan relawan dari berbagai kalangan dengan antusias hadir dalam cara kopdar yang digelar di  Jakarta Pusat,  kemarin (13/9). Masing-masing datang dari berbagai latar belakang. Sebagian besar di antaranya merasa greget dengan kondisi Indonesia saat ini, bahwa partai-partai yang ada tidak jauh berbeda.

Tetapi harapan positif masih muncul, bahwa diperlukan sebanyak mungkin orang-orang baik di Indonesia, PSI diharapkan bisa menyuarakan kepentingan anak-anak muda dan kaum perempuan.

Bahkan ada yang mengharapkan PSI mempunyai platform standar tentang persoalan lingkungan, kependudukan dan perdagangan nasional. Seorang relawan yang berlatar belakang guru honorer berharap PSI bisa mengakomodasi suara-suara dari lapisan bawah masyarakat.

Para relawan yang hadir sangat beragam, mulai dari mahasiswa yang masih aktif di organisasi kampus, pegawai di BUMN dan swasta, wirausahawan, hingga mantan jurnalis yang rajin mengamati perekonomian nasional.

Dalam diskusi kelompok, mereka asyik mendiskusikan konsepsi tentang bagaimana seharusnya partai politik yang ideal di Indonesia. Kopdar relawan semacam ini rencananya akan digulirkan di semua wilayah di Indonesia, sebagai perwujudan tekad PSI menjadi partai publik.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015