... dikenal tidak memilah-milah dalam memberikan pelayanan pembelaan hukum mulai dari kasus yang dialami masyarakat biasa, tentara, bahkan lawan politik, tanpa mengutamakan urusan finansial...
Yogyakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Umum Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi), Achiel Suyanto, menilai sikap keras sosok pengacara senior, almarhum Adnan Buyung Nasution atau Bang Buyung, patut diteladani para pengacara di Indonesia dalam menjalankan profesinya.

"Watak keras yang menggambarkan konsistensi dan keberanian memang menjadi ciri khas beliau dalam menjalankan profesinya yang perlu dimiliki pengacara-pengacara zaman sekarang," kata Suyanto, di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, watak keras serta konsistensi si Abang terlihat sejak ia menduduki peran sebagai ketua umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), khususnya pada saat membela para korban-korban hak asasi manusia (HAM) kasus Komando Jihad pada tahun 80-an.

"Watak keras dan keberanian beliau terlihat saat saya bersama-sama dengan beliau, satu tim dalam mengadvokasi korban pelanggaran HAM dalam kasus Komando Jihad pada era orde baru," kata Suyanto, yang juga Tim Hukum Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu.

Menurut dia, watak keras dan berani memang perlu dimiliki para advokat saat ini. Hanya dengan kepribadiaan seperti itu, menurut dia, advokat tidak akan gampang diarahkan dan teguh pendirian dalam membela keadilan yang terkait dengan kasus-kasus kakap.

"Dalam dunia profesi sebagai advokat memang harus keras, kalau tidak maka akan mudah dibelokkan ketika menghadapi kasus-kasus besar, apalagi mendapatkan teror," kata dia.

Selain itu, menurut dia, Adnan juga dikenal tidak memilah-milah dalam memberikan pelayanan pembelaan hukum mulai dari kasus yang dialami masyarakat biasa, tentara, bahkan lawan politik, tanpa mengutamakan urusan finansial. "Kalau advokat sekarang, masih banyak yang lebih condong pada orientasi finansial dalam memebrikan pembelaan hukum," kata dia.

Bang Buyung meninggal dunia pada Rabu pagi dalam usia 81 tahun. Almarhum meninggal, akibat gagal ginjal yang dia derita selama ini di RS Pondok Indah, Jakarta Selatan. 

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015