Jakarta (ANTARA News) - Kepala Kantor Staf Kepresidenan Teten Masduki memiliki kenangan bersama almarhum Adnan Buyung Nasution yang tidak terlupakan hingga saat ini.

"Saya pernah bersama-sama Bang Buyung di Hamamet, kota tepi pantai tujuan turis terkenal di Tunisia sekitar tahun 1990," kata Teten di Jakarta, Rabu (23/9).

Saat itu ia dikirim oleh YLBHI untuk mengikuti kursus selama tiga bulan untuk para kandidat pemimpin lembaga swadaya masyarakat atau NGO dari seluruh dunia.

"Bang Buyung waktu itu salah satu pengajar mengenai topik Gerakan Bantuan Hukum di Indonesia karena konsep gerakan bantuan hukum struktural yang dirintis Bang Buyung di Indonesia dijadikan model oleh banyak pergerakan di banyak tempat," katanya.

Banyak tokoh pergerakan dunia dari berbagai negara yang juga mengajar di kursus itu. Misalnya Prof Daniel Lev, Indonesianis yang menekuni perkembangan hukum, menuliskan gerakan bantuan hukum yang dirintis Adnan Buyung dalam sebuah buku yang indah.

Menurut Teten, pada saat itu Adnan Buyung juga sedang menyelesaikan kuliah doktornya di Utrecht Belanda, setelah kantor advokatnya di Jakarta harus tutup karena aktivitasnya melawan penguasa.

"Jadi, hampir setiap hari seusai kursus atau pada malam hari, kami duduk berdua di depan komputer dan menulis disertasi beliau lembar per lembar dan dikirim ke sekretaris Bang Buyung di Belanda," katanya.

Adnan Buyung bicara secara lisan lalu Teten mengetiknya. Acap kali terjadi diskusi yang alot mengenai konsep-konsep yang akan ditulis.

Kalau bahan disertasi sudah diemail ke Belanda, lanjut pendiri dan mantan Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) itu, Bang Buyung biasanya mengajak jalan santai menikmati suanana petang yang indah di Hamamet dan mentraktir dirinya makan.

Teten juga mengaku diberi hadiah jas bermerek oleh Bang Buyung, dan itu jas pertama yang dia punya. Waktu itu Adnan Buyung bertanya apakah Teten membawa jas, karena mau masuk musim dingin.

Teten menjawab tidak punya, ia cuma membawa jaket sepotong. Adnan Buyung lantas membuka jas yang dipakainya dan diserahkannya kepada Teten.

"Jas itu pula yang saya pakai waktu saya menikah pada 1995 dan sampai sekarang saya koleksi sebagai kenangan dari tokoh pergerakan kemanusiaan yang saya hormati," katanya.

Teten mengakui Adnan Buyung memang sosok yang punya hati bersih dan selalu ringan tangan membantu orang yang membutuhkan.

"Sebelum meninggalkan saya di Tunisia kembali Belanda, Bang Buyung juga memberi uang saku dan menyuruh saya membeli pakaian yang pantas. Soal ini saya tahu betul maksudnya karena Bang Buyung selalu berpakaian necis," katanya.

Tokoh hukum dan hak asasi manusia (HAM) Adnan Buyung Nasution meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta pada Rabu (23/9) sekitar pukul 10.17 WIB

"Semoga ajaran, jasa-jasa, dan kebaikan Bang Buyung untuk kemajuan gerakan HAM dan demokrasi di Indonesia tetap dikenang oleh kita semua dan mendapat tempat di sisi Allah SWT," kata Teten.

Oleh Agus Salim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015