Palembang (ANTARA News) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumatera Selatan menyatakan kualitas udara di Kota Palembang dan beberapa daerah lainnya semakin buruk akibat kabut asap.

Kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan belum ada tanda-tanda akan segera berakhir bahkan pada penghujung September 2015 ini semakin pekat, kata Direktur Eksekutif Walhi Sumatera Selatan Hadi Jatmiko di Palembang, Sabtu.

Menurut dia, dalam kondisi kabut asap yang cukup tebal sekarang ini, kualitas udara berada pada posisi di atas ambang normal yang dapat membahayakan kesehatan.

Untuk mencegah terserangnya penyakit yang disebabkan oleh kabut asap itu, masyarakat diimbau agar meningkatkan kesehatan dan menggunakan masker jika melakukan aktivitas di ruangan terbuka.

Melihat kabut asap yang mulai membahayakan kesehatan manusia serta menimbulkan gangguan berbagai aktivitas seperti transportasi udara dan sekolah, Walhi meminta pemerintah daerah dan pusat untuk melakukan penanggulangan masalah tersebut.

Kabut asap perlu segera ditanggulangi sehingga tidak semakin parah dan menyengsarakan masyarakat, kata Hadi.

Sementara Kasi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten BMKG Sumsel Indra Purnama mengatakan kualitas udara di Kota Palembang, buruk atau berada di atas ambang normal akibat asap dari kebakaran hutan dan lahan di musim kemarau.

"Berdasarkan rekaman alat pemantau partikular meter PM 10 di Stasiun Klimatologi Kenten Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumsel beberapa hari terakhir, kualitas udara di Palembang sudah berada di atas ambang normal 150 mikro gram/m3," ujarnya.

Dia menjelaskan, kebakaran hutan dan lahan di sejumlah kabupaten di Sumsel terus terjadi, sehingga menimbulkan kabut asap yang pekat dan mengakibatkan kualitas udara berada di atas ambang baku mutu atau di atas ambang normal terutama pada pagi, sore dan malam hari.

Kategori kualitas udara pada waktu tersebut berada pada level tidak sehat hingga sangat tidak sehat, dengan nilai berkisar 200--300 mikro gram/m3.

Kategori kualitas udara 0--50 mikro gram/m3 baik, kemudian pada level 50--150 sedang, 150--250 tidak sehat, 250--350 sangat tidak sehat, dan pada level lebih dari 350 mikro gram/m3 berbahaya, kata Indra.

Pewarta: Yudi Abdullah
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015