Jakarta (ANTARA News) - ‎Wakil Ketua DPR RI, Taufik Kurniawan menyatakan, Indonesia harus optimis menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan mulai bergulir pada penghujung tahun 2015. 

Namun demikian, Taufik mengingatkan untuk melakukan persiapan-persiapan  menghadapi pasar bebas ASEAN, yang akan dimulai kurang dari tiga bulan itu.

"Kita harus optimis bahwa kita siap menghadapi MEA. Apalagi, kita memiliki berbagai potensi. Dengan waktu yang kurang dari 3 bulan ini, masih ada waktu agar tantangan ini menjadi kesempatan. Kita lakukan persiapan dengan hal-hal yang konkret. Tapi, tanpa adanya MEA pun, kita harus melakukan self motivation dan movement," kata Taufik usai jadi pembicara pada acara hearing dalam rangka Temu Administrator Muda Indonesia 2015 dengan tema “Upaya Pemanfaatan ASEAN Community 2015 untuk Mendukung Kemajuan Daerah” d‎i Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro, Semarang, Rabu.

Ditambahkan politisi PAN itu, ‎Indonesia memiliki beberapa potensi, diantaranya, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di ASEAN, Indonesia merupakan satu-satunya negara Anggota G-20 di ASEAN. Kemudian, sebanyak 56.6 persen populasi indonesia merupakan middle class, dan berada di rangking ke-38 dari 148 negara dalam Global Competitiveness Index.

‎ "Jangan lupa, kita satu-satunya negara ASEAN yang masuk G-20, market kita luar biasa dan salesnya juga besar. Kemampuan industri kreatif kita harus terus dikembangkan. Apalagi, jika dilihat dari demographic dividend, sebanyak 60 persen penduduk Indonesia berusia muda, atau di bawah 39 tahun. Demographic dividend ini akan dinikmati pada tahun 2020 - 2030,"  jelas Taufik.

‎ Dengan adanya tiga cluster di ASEAN Community, yakni cluster ekonomi, cluster politik keamanan, dan cluster sosial budaya, lanjut Taufik, persiapan pun harus dilakukan di berbagai bidang. Salah satunya persiapan di bidang Sumber Daya Manusia. Diharapkan, pendidikan kepada SDM Indonesia bukan hanya meliputi teori saja, tetapi juga pengasahan keterampilan.

‎ "Kita harus menyiapkan pendidikan, yang tidak hanya teori saja, tetapi juga juga skill labour. Skill labour harus bersaing, yang meliputi diantaranya kemampuan bahasa dan kemampuan skill yang harus diperkuat. Salah satu tantangan besar dunia pendidikan nasional kita adalah menanamkan kesadaran kolektif sebagai bangsa yang perlu berjuang keras untuk mencapai kemajuan, mengejar ketertinggalannya dari negara-negara lain dalam banyak aspek," katanya.

‎ Taufik menilai, kemampuan bersaing SDM tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan baik secara formal maupun informal. Untuk itu, Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri maupun intra-ASEAN, untuk mencegah banjirnya tenaga kerja terampil dari luar. 

"Dengan demikian, kita harus berusaha dengan sunguh-sunguh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, khususnya di kawasan ASEAN. Meningkatkan kualitas SDM harus diarahkan pada penguasaan iptek untuk menopang kegiatan ekonomi agar lebih kompetitif," ujar Taufik.


Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015