Jakarta (ANTARA News) - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bekerja sama dengan Friedrich Naumann Stiftung (FNS) menggelar pelatihan Media Sosial yang diikuti 32 perwakilan dari Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKB se-Indonesia.

"Dari 34 DPW yang dimiliki PKB, hanya 2 DPW yang tidak mengirimkan wakilnya karena terkendala asap, yakni DPW Provinsi Riau dan Palembang," kata Ketua Panitia Pelatihan Media Sosial, Lukman Jody, Rabu.

Dalam keterangan persnya, Lukman menyatakan, antusiasme pengurus DPW PKB mengikuti pelatihan ini sangat tinggi, karena mereka telah memiliki kesadaran bahwa media sosial (medsos) memiliki peran cukup vital dalam mendongkrak kebesaran partai ini.

"Saya berharap ilmu yang mereke dapat dalam pelatihan yang akan berlangsung selama tiga hari ke depan dapat diterapkan ketika mereka kembali ke kampung halaman," ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Jendral (Sekjen) DPP PKB, H Abdul Kadir Karding mengingatkan para peserta agar mengikuti seluruh materi pelatihan dengan seksama. Ia berharap para peserta dapat menduplikasi seluruh ilmu yang diberikan dan diterapkan di DPW-nya masing-masing.

"Saya tidak ingin pelatihan ini dianggap sepele. Ikuti seluruh kegiatan ini dengan seksama. Karena mereka memikul tanggung jawab untuk menduplikasikan ilmu yang mereka dapat ke daerahnya masing-masing. Kita ingin PKB besar di bumi dan besar juga di udara," katanya.

Menurut Karding, Ketua Umum DPP PKB A Muhaimin Iskandar sangat menginginkan seluruh kader PKB menguasai teknologi agar mampu bersaing di udara dengan partai-partai lain. Artinya, seluruh aktivitas kader PKB dapat disosialisasikan langsung ke masyarakat lewat medsos.

"Pelatihan ini merupakan sarana memperbaiki partai dari sisi penyampaian informasi langsung ke publik. Dengam medsos kita dapat berkomunikasi langsung dengan masyarakat," katanya.

Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat republik Indonesia (DPR RI) itu mencontohkan besarnya pengaruh medsos dalam area publik. Presiden Amerika Serikat Barack Obama terpilih dengan menggunakan medsos. Begitupun gerakan yang terjadi di Mesir, Hongkong dan Malaysia baru-baru ini.

"Dengan medsos jarak antara pemimpin dan masyarakat semakin dekat. Ada penelitian tentang medsos yang dilakukan di beberapa kota besar di Indonesia. Dimana, mahasiswa mengetahui dan mengenal partai bukan karena ia menjadi kader partai, tetapi mereka mengetahui keberadaan partai lewat fecebook dan twitter," demikian Abdul Kadir Karding.

Pewarta: -
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015