Jakarta (ANTARA News) - Aksi kericuhan di luar Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat, Minggu malam, disebabkan provokasi melalui media sosial yang mengakibatkan lebih dari 1.000 perusuh ditahan, walaupun pengamanan sudah cukup baik.

Pakar Sosiologi Komunikasi, Yudha Asmara, di Jakarta, Senin pagi, salah satu pemicu kericuhan yaitu kecemburuan sosial Jakmania terkait prestasi Persija yang tidak maksimal dalam pertandingan sepak bola Piala Presiden.

"Karena korban dari media sosial yang sifatnya sebenarnya hoax (berita bohong). Jadi dipicu melalui BBM (BlackBerry Messenger) atau media sosial, sehingga memicu dan tidak ada kontrol pemerintah," kata Asmara.  

Terkait permasalahan ini, seharusnya ada badan riset yang meneliti dari segala aspek agar tidak terjadi hal yang sama pada masa yang datang. 

Dibutuhkan pengawalan yang lebih ketat dan peran masyarakat, termasuk suporter juga untuk mewujudkan sepak bola yang lebih sehat.

Lebih dari 1.000 pelaku kericuhan yang ditahan, di antaranya masih berumur di bawah 16 tahun. 

"Secara konsep diri, jati diri remaja tersebut belum mapan, hanya ikutan kelompok suporter, sehingga terjadi polarisasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang salah satunya pelemparan batu terhadap Bobotoh. Bermula, bisa dari kelompok yang dipicu juga dari media sosial, sehingga berbuat anarki," kata dia.

Asmara berpendapat, walaupun demikian sepak bola di Indonesia sudah ada kemajuan, dilihat dari konflik tersebut yang tidak menimbulkan korban seperti kejadian yang dialami Rangga pada 2012. Rangga merupakan bobotoh yang tewas karena pengeroyokan yang terduga oleh Jakmania.

Dalam pelaksanaannya, aparat panitia sudah baik dan maksimal tetapi pengamanan kontrol arus informasi tidak diperhatikan sehingga tidak terkontrol. Media sosial dan aliran informasi yang belum dijamah oleh pemerintah.

Sementara itu, pihak yang diduga sebagai provokator sudah ditangkap.

"Telah diamankan seorang yang mengaku bernama Febrianto, umur 37 tahun, jabatan sebagai Sekjen Jakmania, mengaku pekerjaan sebagai wartawan," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Krishna Murti, di Jakarta, Senin.

Pewarta: Atikakh/Annisa/Dea/Arnaz
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015