Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Pandjaitan menyatakan terdapat dua mekanisme evakuasi terhadap warga yang terkena dampak kabut asap di beberapa provinsi di Indonesia.

"Ada dua mekanisme. Pertama, mereka (warga) bisa tetap tinggal dengan ruangan di rumah mereka yang diberi penjernih udara dan air," kata Luhut di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Jumat malam.

Menurut Luhut, apabila mekanisme pertama tidak efektif, maka akan dilakukan evakuasi kedua dengan memindahkan warga ke kota lainnya yang lebih aman dari kabut asap.

"Misalnya, warga yang terkena dampak di Palangkaraya, Kalimantan Tengah akan dipindahkan ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan," kata Luhut.

Ia menyatakan kapal TNI juga sudah disiapkan untuk membantu menangani dan mengevakuasi korban kabut asap tersebut.

"Tiga disiapkan di Kalimantan dan tiga lagi di Sumatera serta ada satu kapal rumah sakit kalau nanti dibutuhkan. Kami sudah membuat rencana berlapis untuk proses evakuasi ini," kata Luhut yang juga pernah menjabat Kepala Staf Kepresiden dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu.

Sebelumnya, TNI Angkatan Laut menyiapkan kapal tambahan berjenis "Landing Ship Tank" (LST) sebagai tempat menangani dan mengevakuasi warga yang menderita ISPA apabila dua kapal perang yang telah diberangkatkan belum cukup untuk menangani warga tersebut.

Menurut Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi, saat ini pihaknya telah memberangkatkan KRI Banda Aceh dan KRI Teluk Jakarta ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Hal tersebut, ia sampaikan setelah melakukan rapat koordinasi terkait penanganan kabut asap bersama dengan sejumlah menteri kabinet kerja, Panglima TNI, Wakapolri, Kepala BNPB dan sejumlah gubernur di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Jumat.

"LPD punya empat dan bisa kami pakai semua tetapi sesuai dengan perkembangan di lapangan kalau empat LPD itu kurang kami masih punya kapal jenis LST yang juga biasa kami gunakan untuk Operasi Surya Bhaskara Jaya untuk kegiatan bakti kesehatan dan bakti sosial. Kami sudah sering gunakan untuk kegiatan itu," kata Ade.

Menurut Ade, pada dasarnya proses penangangan warga yang menderita ISPA hampir sama dengan kasus-kasus evakuasi yang biasa terjadi selama ini.

"Biasanya yang sakit itu ditangani oleh para dokter, setelah dia sudah dalam penanganan dan sudah ada tanda-tanda sembuh kami kembalikan ke darat dan kita isi lagi dengan warga yang terkena ISPA," katanya.

Ia mengatakan bahwa nantinya para warga secara bergantian akan mendapat perawatan di dalam kapal LPD.

"Mungkin untuk kapisitas warga yang akan dirawat di dalam kapal sekitar 1.000 warga masih bisa masuk," kata KSAL.

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015