Shanghai (ANTARA News) - Kepompong tidak hanya melahirkan kupu-kupu yang cantik tetapi juga sutera yang mahal harganya.

Seekor kupu-kupu bisa menghasilkan 150 hingga 300 telur yang kemudian menjadi ulat setelah lima hari. Ulat tersebut semakin besar dan mengganti kulit terus menerus setidaknya selama sebulan, hingga membentuk kepompong yang mengandung benang sutera.

Dalam kepompong yang dihasilkan satu ulat hanya memiliki benang sutera yang tipis, sementara kepompong dari dua ulat mempunyai benang sutera yang tebal yang bisa dibuat menjadi selimut sutera karena sangat kuat.

ANTARA News mendapat kesempatan mengintip proses pembuatan selimut sutera di sebuah pabrik sutera milik pemerintah Tiongkok di Shanghai, TianHouSilk, Minggu (25/10).

Dari 100 kepompong, hanya 30 buah yang bertransformasi menjadi kupu-kupu. Sisa kepompong ini lah yang kemudian dimanfaatkan pabrik yang sudah berdiri sejak tahun 1990-an itu menjadi produk-produk berbahan sutera, seperti kain, baju, syal, bantal dan sarungnya, serta selimut.

Kepompong direbus dengan air panas hingga dua jam. Untuk kepompong single (dari satu ulat), karena benangnya sangat tipis, butuh sepuluh kepompong untuk menjadi satu benang kain sutera.

Proses ini memakai alat yang menarik satu persatu benang dan menggabungkannya untuk menjadi bahan sutera.

Meskipun tipis, benang tersebut sangat panjang. Satu kepompong bisa menghasilkan benang sepanjang 1.200 hingga 2.000 meter benang. Dan semakin halus benangnya, harganya akan semakin mahal.

Berbeda dengan kepompong double atau kepompong cinta. Kenapa disebut kepompong cinta? Karena kepompong tersebut dihasilkan dari dua kepompong.

Benang-benangnya menguntal tebal namun kusut.

Setelah direbus dengan air panas, ulat dan kotoran di dalam kepompong dikeluarkan lalu dijemur secara manual.

Kepompong tersebut cukup elastis namun sangat kuat. Meskipun ditusuk-tusuk dengan jari, benangnya tidak akan rusak.

Proses selanjutnya menarik kumpulan benang sutera untuk dibuat menjadi selimut. Tidak ada bantuan mesin dalam proses ini. Yang diperlukan hanya setidaknya empat orang untuk menarik untalan benang sutera tersebut karena memang sangat kuat.

Benang sutera dibentangkan lalu ditumpuk hingga beberapa lapis sesuai kebutuhan. Setelah ditumpuk, proses selanjutnya membungkus dengan kain. Jadi lah selimut benang sutera.

Untuk satu selimut seberat 1.5 kilogram, dibutuhkan kurang lebih 15.000 kepompong. Oleh karena itu, dalam sehari pabrik tersebut hanya memproduksi empat selimut sutera saja.

Harga selimut sutera disesuaikan dengan beratnya bukan dari ukurannya. Misal, selimut sutera dengan berat 1,5 kilogram dibanderol seharga 580 yuan, baik untuk ukuran single, double, queen maupun king. Lalu bagaimana merawat selimut sutera? Selimut sutera bisa bertahan hingga sepuluh tahun asal merawatnya dengan baik.

Mencuci dengan deterjen adalah hal yang paling terlarang dilakukan karena merusak benang sutera bahkan bisa membuat benang sutera putus.

Selimut sutera cukup dijemur dengan diberi angin, jangan sampai dijemur di bawah terik matahari.

Kalau ada bagian selimut yang kotor, cukup dicuci dengan shampo bayi pada bagian yang kotor saja. Apabila mau dicuci dengan mesin cuci, selimut sutera harus dibungkus terlebih dahulu.

Sedangkan untuk membedakan sutera yang asli atau tidak, caranya ambil sedikit benang, kemudian benang tersebut dibakar. Jika benang sutera itu asli, api langsung mati, baunya seperti rambut yang dibakar, dan abunya langsung hancur.

Pewarta: Monalisa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015