Malang (ANTARA News) - Empat orang tewas dalam ledakan bubuk bahan petasan di Kelurahan Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, hari Mnggu kemarin.

Seorang saksi mata, Mohammad Solihin, pada Senin mengatakan, dari empat koran meninggal, satu di antaranya seorang bayi berusia 10 bulan, yakni Rezky Ardiansyah, yang juga anak Solihin.

"Anak saya meninggal karena tertimpa pilar rumah. Saya yang menggendong anak saya yang bungsu baru dua langkah, tiba-tiba terjadi ledakan dan saya belum sempat menjauh," kata Solihin ketika ditemui di rumahnya di Bumiayu.

Tiga korban tewas lainnya, kata Solihin, yakni Syamsul (32), Yanto (28), dan Yuli (26). Sedangkan satu korban luka, Huda, masih kritis dirawat di Rumah Sakit Syaiful Annwar (RSSA) Malang.

Petasan yang dibuat dan meledak itu seyogyanya akan dinyalakan saat pembukaan dan penutupan pengajian majelis taklim.

Wakil Wali Kota Malang Sutiaji usai meninjau lokasi ledakan dan dilanjutkan dengan membesuk korban (Solihin dan anaknya Mohammad Ulum) serta takziah ke rumah korban meninggal (Syamsul), mengimbau agar warga Kota Malang melaporkan jika mengetahui ada yang memproduksi petasan.

Walikota mengatakan keluarga korban akan mendapatkan bantuan terkait ledakan itu.

"Apakah bantuan itu nanti lewat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) atau Dinas Sosial, semua masih kita koordiansikan, termasuk nominal yang akan diberikan sebagai bantuan," katanya.

Ledakan besar yang terjadi Minggu (25/10) sekitar pukul 20.30 WIB itu menimbulkan banyak kerusakan di sekitar lokasi. Lokasi ledakan tersebut merupakan rumah milik Nawerdi yang sehari-hari bekerja sebagi pembuat petasan. Rumah yang berada di Jalan Perseh Jaya, Gang Cemondelan, Kelurahan Bumiayu itu merupakan tempat produksi petasan.

Hanya saja, pada saat kejadian pemilik rumah, Nawerdi, dan istrinya, Mardiati, tidak berada di tempat kejadian. Nawerdi dan istrinya berada di Gondanglegi menghadiri tahlilan tujuh hari meninggalnya saudara mereka.

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015