Jakarta (ANTARA News) - Spesialis bedah onkologi dari Rumah Sakit Siloam MRCCC, Dr dr Samuel J Haryono SpB (K) Onk, mengatakan, kasus kanker payudara di Indonesia sering menyerang wanita usia antara 47-50 tahun. Penyebabnya pun bervariasi, bisa faktor genetik atau hormonal.

"Karena itu, perlu pemeriksaan lebih awal, screening lebih dini. Apalagi, untuk kanker payudara tidak ada pengobatan alternatif, tapi pengobatannya melalui operasi, kemoterapi dan hormonal. Ibu-ibu harus tahu masalah ini karena usia mereka berisiko terkena penyakit ini," kata dr Samuel pada media conference dengan tema “Inner Beauty Renovates the Challenges in Comprehensive Cancer Center” di Rumah Sakit Siloam MRCCC Semanggi, Jakarta, akhir pekan lalu.

Dia mengingatkan kembali pemahaman dan sudut pandang mengenai penanganan pasien kanker payudara. "Menurut saya, dalam setiap terapi penanganan pasien kanker, selalu ada temuan-temuan baru yang mengikutinya, baik dari aspek biologis maupun varian alami yang memicu munculnya masalah kesehatan wanita," katanya dalam rilisnya di Jakarta, Senin.

Perkembangan tersebut, membuat dr Samuel penasaran sekaligus antusias, apalagi yang harus dilakukan untuk menekan angka kegagalan dalam penanganan pasien kanker payudara.

"Pertanyaan semacam ini terus bermunculan di kepala saya, terutama ketika saya menjalani pendidikan bedah onkologi di Belanda. Saya terlibat dalam studi  kolaborasi dan percobaan dengan para peneliti dunia," katanya.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Dr Melissa Luwia mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terkena penyakit membahayakan, khususnya kanker payudara. Upaya deteksi dini tersebut, kata dia, bisa dilakukan satu bulan sekali dengan mendatangi klinik kesehatan terdekat.

Menurut Melissa, saat ini masyarakat, utamanya kaum wanita cenderung malu untuk memeriksakan diri ke dokter. Padahal, langkah seperti itu perlu dilakukan untuk mendeteksi lebih awal.

"Jika kanker payudara ditemukan pada stadium dini, tentu akan mudah untuk disembuhkan. Namun, jika ditemukan pada stadium lanjut, itu akan lebih sulit dimusnahkan karena telah menyebar ke anggota tubuh lain," kata Melissa.

Perempuan yang juga menjabat Direktur RS Siloam MRCCC ini menambahkan, hampir 60 persen kaum hawa baru memeriksakan diri ketika sudah menderita kanker payudara stadium lanjut. Semestinya, mereka harus mendeteksi diri sejak awal karena penyakit ini cukup mematikan.

"Kami ingin membantu pemerintah untuk mengedukasi masyarakat supaya mereka lebih peduli terhadap kesehatannya. Kalau mereka sudah terkena kanker, tentu tingkat survival lebih rendah. Maka itu, datanglah ke dokter untuk SADARI (periksa payudara sendiri), jangan menununggu dan menunda-nunda lagi," kata Melissa.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015