Rio de Janeiro (ANTARA News) - Jumlah korban jiwa akibat jebolnya bendungan tailing di Kota Kecil Mariana di Brasil pekan lalu mencapai tiga, demikian konfirmasi pemerintah pada Senin.

Semua ketiga korban bekerja untuk perusahaan pertambangan Samarco, pemilik dari dua bendungan tailing.

Selain itu, 24 orang lagi masih belum ditemukan, di antara mereka terdapat warga daerah yang terpengaruh dan pekerja bendungan tersebut, sebagaimana dikutip dari Xinhua di Jakarta, Selasa.

Ada lima anak kecil di antara orang yang hilang. Sebanyak 612 orang telah kehilangan tempat tinggal.

Peristiwa tersebut terjadi pada Kamis siang (5/11), ketika dua bendungan tailing milik Samarco jebol, sehingga mengirim gelombang lumpur dan residu bijih besi yang menerjang permukiman warga di Mariana, Negara Bagian Minas Gerais.

Lumpur terus mengalir dan mencapai Sungai Doce --yang mengalir ke negara bagian lain. Itu berarti, residu mempengaruhi sejumlah kota kecil lain juga, sehingga merusak pembagian air di beberapa daerah.

Menurut perkiraan paling akhir, sebanyak 62 juta meter kubik lumpur dan residu tambang mengalir akibat peristiwa tersebut, sehingga menjadikannya bencana lingkungan paling buruk dalam sejarah Negara Bagian Minas Gerais.

Pejabat Lingkungan Hidup Minas Gerais pada Senin mengatakan Samarco telah dikenakan embargo di wilayah tersebut sejak Jumat (6/11). Perusahaan itu tak bisa mengoperasikan tambangnya di wilayah tersebut sampai sermua kerugian akibat jebolnya bendungan itu diselesaikan.

Samarco hanya bisa melakukan tindakan guna memperkecil dampak dari peristiwa tersebut dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Masih ada resiko bendungan tailing ketiga milik Samarco di daerah itu jebol sehingga membuat khawatir warga Mariana.

Penyebab jebolnya bendungan tersebut masih belum diketahui. Sekalipun guncangan tercatat sebelum peristiwa itu, semuanya adalah guncangan kecil --guncangan paling kuat mencapai 2,6 pada Skala Richter. Guncangan dengan kekuatan rendah biasa terjadi di Negara Bagian Minas Gerais.

Menurut Pusat Seismologi Universitas Sao Paulo, masih tak mungkin untuk menentukan hubungan antara guncangan tersebut dan jebolnya kedua bendungan itu.

Namun, karena guncangan berkekuatan rendah seperti yang terjadi didaerah tersebut pada Kamis jarang sekali mengakibatkan kerusakan bangunan, kemungkinan mengenai kaitan antara guncangan itu dan bencana bendungan tersebut kecil, kata Pusat Seismologi itu.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015