Singapura (ANTARA News) - Sepuluh liga sepakbola terkemuka Asia akan melakukan perubahan sebagai bagian dari keinginan Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) untuk menjadikan mereka lebih punya nilai komersial dan menarik bagi para penggemar. Proposal itu merupakan gagasan dari ketua AFC Mohammed bin Hammam dan dibawah bimbingan ketua Asosiasi Sepakbola Jepang, Saburo Kawabuchi. Untuk sementara studi akan dipusatkan pada 22 negara dan liga mereka saat ini dan prasarana klub, dengan sekurangnya akan diluncurkan kembali antara 2009-2012, sementara beberapa terlihat perubahan lebih rastis dari lainnya. "Proyek ini amat besar dan memerlukan kerja keras dan dedikasi. Tapi saya menganggapnya sebagai prioritas utama bagi Asosiasi Sepakbola Jepang untuk membantu dan menyukseskannya," kata Kawabuchi. "Kami bekerjasama serius dengan AFC untuk memajukan proyek khusus ini yang dirancang untuk meningkatkan mutu sepakbola di klub-klub Asia," katanya. Kesepuluh liga itu adalah Australia, Jepang, Cina, Korea Selatan, Singapura, India, Iran, Uni Emirat Arab, Arab Saudi dan Qatar. Perhatian utama bagaimana menjadikan mereka lebih punya nilai komersial melalui lebih terbuka dalam penanganan serta lebih kompetitif untuk lebih menarik penggemar yang lebih banyak. Detil selengkapnya masih disusun. AFC juga mempertimbangkan format baru dari Liga Champion, kompetisi klub utama Asia mulai 2009. "Motivasi dibelakang program itu perlunya menjamin agar sepakbola Asia bisa ditangani secara profesional, dengan prasarana komersial dan merupakan hiburan bagi para penggemar," kata Bin Hammam kepada AFP. "Hari ini, sepakbola bisa dan harus bisa ditangani selaku komoditi bisnis, sementara integritas olahraga tetap dilindungi. "Jadi dalam wilayah AFC banyak peluang yang perlu dibangun lagi, liga nasional, dan kompetisi klub benua AFC untuk menjamin kita lebih kompetitif dan agresif." Keputusan untuk membenahi liga itu, dipicu kegagalan negara-negara Asia berprestasi lebih baik dalam Piala Dunia di Jerman, dimana hanya pendatang baru Australia bisa lolos dari tingkat grup. Pada waktu itu, Bin Hammam mengatakan kepada AFP, buruknya struktur kompetisi di Asia merupakan penyebab langsung kurangnya penampilan Korea Selatan, Jepang, Arab Saudi dan Iran. Tokoh asal Qatar itu, yang akan kembali mencalonkan diri sebagai ketua AFC dalam Mei, sudah lama mengimbau klub-klub dan liga agar bisa dikelola lebih profesional dan mengatakan keberhasilan dari liga utama Inggris merupakan contoh nyata. "Banyak sesuatu yang berbeda untuk dipelajari dari banyak liga diseluruh dunia," katanya. "Kita umumnya melihat kepada beberapa liga Eropa, khususnya sukses komersial dari liga utama FA. Pada tingkat benua, sudah tentu Liga Champion UEFA. "Dan untuk ukuran Asia, kita harus melihat pelatihan terbaik kita. Liga J menunjukkan banyak unsur positif yang banyak dapat dipelajari liga lainnya di Asia." Dukungan terhadap perubahan sudah meluas dengan para investor ingin mencetak lebih banyak uang dan para pemain mendambakan suasana profesional yang lebih baik untuk meningkatkan ketrampilan mereka. "Kita memciptakan industri sepakbola, dimana kita dapat mengundang pelaku bisnis untuk menanamkan modal di klub-klub Asia," kata Bin Hammam. "Kita yakin bahwa masa depan sepakbola ada di Asia, dan di sana banyak klub-klub besar yang bisa dibandingkan dengan klub-klub Eropa dan perlu jaminan bahwa mereka bisa mendapat keuntungan dari investasi dari atau luar Asia," katanya dikutip Kyodo.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007