Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pertanian telah memangkas sejumlah lapisan rantai distribusi sapi yang dibawa dari Nusa Tenggara Timur menuju DKI Jakarta.

"Rantai distribusi yang panjang membuat harga daging sapi menjadi mahal, dan sudah ada tanda tangan tertulis untuk mempersingkat distribusinya," kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman usai meninjau Pencanangan Tanam Serempak di Tangerang, Banten, awal pekan ini.

Tanda tangan tersebut menunjukkan komitmen untuk mengurangi bahkan memotong makelar distribusi daging sapi agar harganya menjadi lebih murah.

Komitmen tersebut antara lain, masa karantina yang semula memakan waktu 1-2 minggu menjadi 1-2 hari saja. Kemudian penerbitan surat izin desa yang sebelumnya seharga Rp30 ribu per ekor menjadi Rp10 ribu per ekor.

Dihilangkannya pungutan liar di pos-pos retribusi ternak. Pungutan lain-lain biasanya Rp100 ribu, menjadi dihilangkan. Biaya perjalanan sebelumnya Rp1,8 juta, setelah adanya kapal ternak, menjadi Rp320 ribu per ekor.

Pengurangan penyusutan bobot sapi, karena menggunakan kapal ternak. Sebelum menggunakan kapal pengurusan terjadi sebesar 30 persen, sesudahnya menjadi 10 persen.

Lebih lanjut, perkiraan harga sapi di Jakarta, adalah menjadi kisaran Rp75 ribu per kilogram, sebelumnya adalah Rp110 ribu per kg.

Harga BEP untuk daging di NTT menjadi Rp 62 ribu per kg. Harga bobot sapi hidup yang akan dikirim ke Jakarta Rp29 ribu per kg. Waktu penerbitan surat rekomendasi yang sebelumnya memakan waktu empat hari, menjadi tidak ada atau dihilangkan.

Biaya pengiriman daging sapi dari NTT ke Jakarta adalah Rp1.000 per kg, dari sebelumnya adalah Rp3.500 per kg. Itu adalah hal-hal yang sudah disetujui dan diringkas rantai distribusinya.

Pewarta: Afut Syafril
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015